Jadikan Aku Kuat

Yuricka
Chapter #23

Cerita Dari Luka

“Semoga semesta tidak pernah lupa, kalau aku pernah berada dititik menyakiti diri sendiri hanya agar terlihat baik-baik saja.” Kalimat itu meluncur pesat dari mulut kecil seorang gadis, yang saat ini berdiri di depan cermin dengan tubuh basahnya.

“Akh.” Pekikan ringan keluar dari mulutnya, beriringan dengan kulit tangan yang perlahan memerah. Ringisan rasa sakit ini akan segera hilang, karena ini hanya luka fisik, bukan batin, pikir Tika, lantas dia semakin melukai dirinya dengan sedikit lebih keras.

“Jangan cengeng!” hardik Tika seraya mencubit tangannya lagi dan lagi, lantas bulir bening yang sedari tadi lolos itu berhasil berhenti.

Luka yang didapat akibat kesadaran diri sendiri akan cepat pulih ketimbang luka yang diberikan orang lain. Dengan tubuh gemetar dan pandangan yang semakin kabur, Tika mendaratkan sebuah cubitan kuat ditangan kirinya. Dan ya, segerombolan air itu mendadak mengerti, dia tak lagi mendesak pelupuk itu untuk membiarkannya keluar.

“Aku harus bisa melewati semua ini, aku bisa, aku harus bisa!” lirihnya. Dia memandangi pantulan dirinya di balik cermin. Ah mata sembab itu tidak bisa diajak kerja sama, lantas dia mengambil bedak dan mencoba menutupi warna merah di area wajahnya, menyamarkan sisa kesedihannya.

Setelah selesai mengganti pakaian, Tika bergegas keluar, dia mengambil kopi sachet dan menyeduhnya. Gelas-gelas cantik dia tata rapi di atas nampan putih, satu persatu dia isi kopi lalu menyeduhnya.

“Pake air panas semua!” seru Heryani dengan ketusnya hingga menyentak kesadaran Tika saat itu. Tangan yang semula mengaduk kopi terhenti, Tika membalik tubuhnya, sedikit menoleh pada pemilik suara itu lantas mengangguk.

“Iya, Bu.”

‘Aku juga tahu kali pake air panas,’ batin Tika geram.

Setelah menyeduh dan menyiapkan lima gelas kopi, Tika pergi ke kamar majikannya untuk memastikan keadaan Dafit, untung saja anak itu masih terlelap.

Kini Tika beralih melihat keadaan Amad di kamarnya, dan beruntunglah alam kini berpihak padanya, Amad pun tampak tidur dengan lelap seraya memeluk buku tugasnya.

Tika menghembuskan napas kasar, dia masuk dan mengambil buku dari pelukan Amad, sebelum menyimpan buku itu dia mengecek apa yang belum Amad kerjakan untuk dia ingatkan setelah anak itu bangun nanti.

“Amad lagi apa?” tanya Heryani dari kejauhan. Sepertinya wanita berumur itu tidak suka melihat Tika beristirahat sejenak saja, melihat Tika tidak bergerak mengerjakan sesuatu saja sudah diburu terus-menerus.

“Lagi tidur, Bu.” Tika menjawab setelah keluar dari kamar Amad, dan menutup pintu itu rapat-rapat.

“Iya baguslah. Kecapean abis main bola,” ujar Neneknya yang sesekali menyeruput kopi.

“Namanya siapa?” tanya Nia. Dia menaruh gelas di meja yang berada di samping sofa tempat dirinya duduk.

Lihat selengkapnya