Jadikan Aku Kuat

Yuricka
Chapter #26

Tempatnya Salah

“Besok saya belikan kamu hp, ya, biar kamu bisa komunikasi sama keluarga kamu di kampung, biar kamu juga gak kesepian di rumah. Kasian banget gak ada hiburan.” Kalimat itu terucap manis dari mulut Arni malam kemarin.

Tika termenung, menatap dinding yang ada di hadapannya, pikirannya melayang, tangannya terdiam dengan spon cuci piring yang masih erat dalam genggamannya.

Tanpa disadari sudut bibirnya terangkat, dia tenggelam dalam bayangan. Sebuah benda yang selama ini hanya ada dalam bayangannya saja, kini akan dia miliki, dia harap dengan memiliki benda itu, dia bisa terhubung dengan semua teman-temannya.

Janji yang Arni ucapkan kemarin malam terus bermain di ingatan, Tika yang sudah tidak sabar dengan benda yang Arni janjikan, meronta dalam diam.

Bibirnya perlahan melebar, tersenyum senang membayangkan benda pipih yang selama ini hanya bisa dia lihat di majalah, dan kini benda ajaib itu akan ada di tangannya.

Ya, di tahun 2010 Tika hanya bisa melihat banyak iklan dan promo hp lewat majalah, untuk mendapatkan majalah pun tidak mudah, Tika harus mengumpulkan uang dan membeli majalah, dengan begitu dia bisa melihat informasi hp terbaru.

Setiap melihat iklan-iklan tentang barang tersebut, Tika selalu berdecak, dan berharap jika suatu saat nanti dirinya bisa memiliki salah satu dari benda yang dia mimpikan tersebut, dan mungkin sekarang waktunya, waktu yang bertahun-tahun Tika nantikan itu.

“Uhhh, Maa Sya Allah, rasanya udah gak sabar banget deh buat megang hpnya,” tutur Tika dengan sangat antusias.

“Ah udah ah, mendingan aku cepat-cepat beresin kerjaan aku dulu, setelah itu baru deh aku tanya sama Bu Arni!” tuturnya.

Dia kembali membawa diri pada kenyataan, dia bergeleng menghilangkan pikirannya sejenak dan kembali meneruskan aktivitasnya selama di dapur.

“Oh iya ya, kira-kira Bu Arni beli hp apa ya buat aku. Udah beli belum ya? Jadi makin gak sabar.” Tika kembali bersuara, dia tersenyum lebar, dadanya bergemuruh tidak jelas, kali ini rasanya berbeda, Tika sedikit bahagia, akhirnya dia bisa merasakan memiliki benda pipih yang sebelumnya hanya dimiliki oleh teman-temannya.

“Tapi kok Bu Arni gak ada bilang apa-apa, ya. Apa dia lupa? Aduh mudah-mudahan gak lupa deh, aku udah kangen banget sama mama, pengen cepat-cepat nelpon mereka.”

Bayangan tentang benda itu semakin menjadi, bergentayangan di kepala, tidak sabar rasanya untuk segera berkomunikasi dengan keluarganya yang ada di kampung.

“Udah beres?” tanya seseorang menyentak kesadaran Tika. Sontak saja Tika berbalik ke arah pemilik suara tersebut, dan ya, Heryani kini sudah mematung dengan piring kotor di tangannya. Tatapan itu memicing penuh kecurigaan, lantas membuat Tika tidak nyaman.

Lihat selengkapnya