Jadikan Aku Kuat

Yuricka
Chapter #27

Tersayat

Bak disambar petir di siang bolong. Gadis yang semula tertawa kini membisu, mulutnya berhenti mengunyah, tatapannya kabur dengan buliran bening yang perlahan menghalangi penglihatannya.

Gadis itu tercengang mendengar jawaban yang tak terduga dari Arni. Bagaimana bisa Arni lupa dengan janji yang dia ucapkan kemarin malam? Tika bertanya-tanya dalam keheningan, apa kesalahan yang sudah dia perbuat sampai-sampai Arni membatalkan niatnya tersebut.

Mustahil kalau Arni lupa dengan janjinya, Tika bahkan terus teringat dengan apa yang wanita itu katakan, sampai-sampai dia kesulitan tidur semalaman, hanya karena terngiang dengan perkataan Arni.

Tika berdecak, dia kembali mengalihkan perhatiannya ke arah piring. Mencoba untuk tenang dan mencerna semuanya dengan pikiran terbuka.

Dengan susah payah dia bersikap tidak peduli dan seolah tidak mendengar apa yang Arni katakan, meskipun dalam hatinya merasa sakit dan tersayat.

Bagaimana tidak, Arni sama saja dengan memberikan harapan palsu kepadanya, padahal jelas-jelas dia berjanji akan memberikannya hari ini, dan harapan Tika pun sia-sia.

Tika yang sudah begitu antusias untuk menghubungi keluarganya dan dengan bahagianya akan memiliki benda yang selama ini dia inginkan, harus dipatahkan dengan kalimat yang tidak pernah Tika duga akan meleset dari mulut Arni, majikan yang selama ini gadis itu percaya.

“Apa aku ada salah ya?”

“Atau mungkin bu Arni gak ada waktu buat beli? Tapi kan kalau gak jadi beli hari ini, kenapa harus janji. Aku udah kangen banget sama mama.” Tiba mencoba menebak apa alasan Arni yang tiba-tiba saja membatalkan pembelian ponselnya.

“Sepertinya ini salah aku, karena aku terlalu berharap, lagian benar juga apa yang bu sepuh katakan, aku belum tentu bisa bertahan lama di rumah ini, kan?” gumam Tika. Dia menelan makanan yang ada di mulutnya dengan susah payah.

Makan dengan hati yang kecewa dan air mata yang rasanya sulit untuk dia kendalikan, membuat makanan itu terasa lebih hambar. Nafsu makan yang sudah hilang dengan kemarahan Heryani kini bertambah dua kali lipat setelah mendengar jawaban Arni.

“Tadi si Tika yang bilang sama Mama,” jawab Heryani di seberang sana. Tika berusaha untuk tidak peduli dan mengalihkan perhatiannya, walaupun sayup-sayup suara itu berhasil menembus indra pendengarannya.

“Emang apa katanya?” Bola matanya berputar melirik ke arah Tika beberapa detik.

“Ya itu. Katanya kamu mau beliin dia hp buat dia bayar cicil,” jawab Heryani, mengulang kembali perkataanya, sedangkan di sofa lain, Nia dan suaminya masih sibuk membahas tentang perjalanannya hari ini. Suara mereka beradu saling bersahutan.

“Oh. Tadinya emang mau Arni beliin, kasihan juga dia gak bisa komunikasi sama keluarganya,” ujar Arni. Dia bersandar, tatapannya kini mengarah pada tv.

Lihat selengkapnya