Jadilah Terang diTengah Kegelapan

SYAHLA.SYAHLAN
Chapter #5

BAB 5 Mulai muncul cahaya ke setiap sudut desa

Setelah pertemuan yang penting itu, Adit merasa lebih percaya diri untuk melangkah maju. Meskipun masih ada beberapa warga yang ragu, perubahan sudah mulai terasa di desa Suka Jaya. Orang tua mulai melihat manfaat dari pendidikan bagi anak-anak mereka, dan bahkan mulai berbondong-bondong mendaftarkan anak-anak mereka di balai desa untuk mengikuti kelas belajar yang diadakan Adit dan Bu Kartika. Namun, meskipun banyak hal positif yang terjadi, Adit tahu bahwa tantangan besar masih menantinya.



Hari-hari setelah pertemuan itu terasa seperti roller coaster bagi Adit. Di satu sisi, ia merasakan dorongan semangat dari para orang tua yang mulai mendukungnya, tetapi di sisi lain, tekanan dari beberapa pihak yang masih merasa keberatan terhadap perubahan ini semakin kuat. Salah satu yang paling vokal menentang adalah Pak Lurah, seorang petani yang telah lama menjadi tokoh berpengaruh di desa. Ia merasa bahwa anak-anak lebih baik menghabiskan waktu mereka di ladang dan membantu pekerjaan orang tua mereka, terutama saat musim panen.


Pak Lurah sering kali memberikan pandangan skeptis terhadap program pendidikan yang dijalankan Adit. Ia berpendapat bahwa pendidikan hanyalah sebuah formalitas yang tidak akan membawa perubahan signifikan dalam kehidupan mereka. “Apa gunanya pendidikan kalau tidak bisa membantu kita di sawah? Kami hanya butuh tenaga kerja, bukan teori yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan kami,” kata Pak Lurah dalam sebuah pertemuan warga yang diadakan di balai desa.


Adit mencoba untuk tetap tenang meski merasa frustasi. Ia tahu, semakin besar tantangan yang dihadapinya, semakin besar pula kesempatan untuk mengubah pandangan orang-orang seperti Pak Lurah. “Pak Lurah, saya paham kekhawatiran Bapak, tapi pendidikan bukan hanya soal teori. Kami ingin mengajarkan anak-anak untuk memahami bagaimana mengelola hasil pertanian dengan lebih baik, bagaimana menghitung harga jual yang wajar, dan bahkan bagaimana mengelola keuangan agar mereka bisa hidup lebih sejahtera di masa depan. Pendidikan itu untuk memberikan keterampilan yang lebih luas, tidak hanya bergantung pada tenaga kerja,” jawab Adit dengan penuh keyakinan.


Namun, tidak mudah untuk mengubah cara berpikir yang sudah lama tertanam dalam benak banyak orang. Beberapa warga yang masih terpengaruh pandangan Pak Lurah juga mulai ragu dengan keberlanjutan kelas belajar yang diadakan Adit. Mereka merasa khawatir bahwa anak-anak mereka akan terjebak dalam mimpi-mimpi yang tidak realistis.



Namun, meskipun ada tentangan, Adit tidak menyerah. Ia terus melakukan pendekatan dengan lebih banyak orang tua dan warga desa. Adit dan Bu Kartika tidak hanya mengajar anak-anak di kelas, mereka juga turun ke lapangan, menemui para petani, dan menjelaskan bagaimana pendidikan bisa membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari.


Pada suatu hari, Adit dan Bu Kartika mengunjungi beberapa rumah petani untuk menjelaskan lebih lanjut tentang manfaat pendidikan bagi anak-anak mereka. Di salah satu rumah, mereka bertemu dengan Pak Jono, seorang petani yang sudah lama mengenal Adit. Pak Jono mengungkapkan bahwa ia sebenarnya khawatir anak-anaknya akan lebih tertarik pada dunia pendidikan dan melupakan pekerjaan di ladang.

Lihat selengkapnya