Jadilah Terang diTengah Kegelapan

SYAHLA.SYAHLAN
Chapter #6

BAB 6 Langkah-Langkah Kecil yang Membawa Perubahan

Setelah melalui berbulan-bulan yang penuh perjuangan, Adit mulai merasakan secercah harapan yang nyata. Desa Suka Jaya yang sebelumnya terlupakan oleh banyak orang kini mulai terbangun. Tidak hanya dalam hal pendidikan, tetapi dalam semangat untuk meraih kemajuan bersama. Sebuah tekad kuat untuk melangkah lebih jauh, walau tantangan masih terus menghadang.

Namun, meskipun banyak orang tua yang mulai mendukung, Adit menyadari bahwa perjalanan menuju perubahan masih panjang. Ia tahu bahwa perubahan itu tidak akan datang dengan cepat dan mudah, namun ia percaya bahwa langkah kecil yang diambil dengan tekad yang bulat akan membawa dampak besar bagi masa depan desa mereka.

Pada suatu hari yang cerah, Adit mengadakan pertemuan di balai desa untuk membahas lebih lanjut mengenai perkembangan program pendidikan yang ia jalankan bersama Bu Kartika. Hari itu, balai desa penuh dengan warga yang datang untuk mendengarkan apa yang telah dicapai dan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Seperti biasa, meskipun sebagian besar mendukung, masih ada beberapa yang skeptis terhadap program ini.

Pak Lurah, yang masih menentang pendidikan yang dijalankan Adit, hadir di pertemuan tersebut. Dengan nada yang sedikit keras, Pak Lurah kembali menyuarakan ketidaksetujuannya. “Apa manfaatnya pendidikan bagi anak-anak kami jika mereka tetap akan kembali ke ladang? Apakah mereka akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik hanya karena bisa membaca dan menulis? Kami butuh tenaga kerja, bukan sekadar teori yang tidak berguna."

Adit yang sudah terbiasa dengan pendapat Pak Lurah yang keras tidak lantas gentar. Ia menyadari bahwa untuk membangun kepercayaan, ia harus mampu menjelaskan dengan cara yang sederhana namun menyentuh hati. Adit berdiri dengan tenang di hadapan warga, meyakinkan mereka dengan kata-kata yang penuh keyakinan.“Pak Lurah, saya memahami apa yang Bapak khawatirkan. Namun, pendidikan bukan hanya tentang membaca dan menulis. Ini adalah tentang memberikan anak-anak kita keterampilan yang lebih luas. Anak-anak kita tidak hanya belajar cara membaca dan menulis, mereka juga belajar tentang bagaimana cara mengelola keuangan, bagaimana mengelola hasil pertanian dengan lebih efisien, dan bagaimana memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan hasil panen mereka. Pendidikan memberi mereka peluang untuk tidak hanya bekerja di ladang, tetapi juga menciptakan peluang baru bagi mereka sendiri.”Perlahan-lahan, beberapa warga yang awalnya ragu mulai terbuka pikirannya. Adit tidak hanya mengajarkan pelajaran buku, tetapi juga menghubungkan setiap pelajaran dengan kehidupan sehari-hari mereka, yang membuat para orang tua semakin sadar akan manfaatnya.Setelah beberapa bulan, Adit dan Bu Kartika memutuskan untuk melibatkan anak-anak dalam berbagai kegiatan yang lebih praktis. Mereka tidak hanya belajar di ruang kelas, tetapi juga turun ke ladang, melihat secara langsung bagaimana pertanian di desa berjalan. Di bawah bimbingan Bu Kartika, anak-anak belajar bagaimana cara menanam, merawat tanaman, serta menghitung hasil panen dan membuat perencanaan yang baik untuk ke depannya.

Suatu hari, Adit mengajak beberapa anak didiknya untuk mengunjungi rumah Pak Jono, seorang petani sukses di desa yang sudah mulai merasakan manfaat dari pendidikan yang diberikan kepada anak-anaknya. Adit ingin menunjukkan pada anak-anaknya bahwa petani yang berpendidikan lebih cerdas dalam mengelola hasil panen dan memanfaatkan teknologi sederhana untuk meningkatkan produktivitas. Pak Jono menyambut Adit dan anak-anak dengan senyum hangat. Di depan rumahnya yang sederhana namun asri, ia memperlihatkan inovasi kecil yang ia lakukan, seperti penggunaan sistem irigasi tetes sederhana yang ia pelajari dari salah satu seminar yang diadakan Adit dan Bu Kartika."Ini bukan hal yang sulit," kata Pak Jono kepada anak-anak. "Dengan sistem ini, aku bisa menghemat air dan waktu. Hasil panen pun jadi lebih baik karena tanaman terawat dengan baik. Semua ini aku pelajari dari apa yang dulu aku kira tidak penting, yaitu pendidikan.

Anak-anak tampak kagum dan mulai mengajukan banyak pertanyaan. Pak Jono menjawab dengan antusias, dan Adit merasa senang melihat anak-anak mulai memahami pentingnya pengetahuan praktis. Bahkan, beberapa anak mulai bersemangat untuk mencoba hal serupa di ladang keluarga mereka.

Lihat selengkapnya