Jagoan Karate

Handi Yawan
Chapter #16

Kancah Goliath Vs Goliath

Pada babak semifinal ada 8 kontestan kumite putra U-21 sehingga setiap kontestan akan bertarung sebanyak 2 kali untuk bisa maju ke final.  

Gungun, Rahmat dan Yanto berhasil mengalahkan lawan-lawannya dengan baik pada laga pertama babak semifinal ini. Pada putaran kedua, Gungun bertekad akan terus bermain lugas dan bersih. 

Pada saat menunggu siapa yang akan berhadapan dengan dirinya pada laga yang masih berlangsung antara Yanto melawan kontestan dari Inkado, Gungun lebih tertarik untuk menonton pertandingan Rahmat melawan Bastian Dollo. Gungun telah lama mengamati permainan yang menjadi lawan Rahmat. Ia melihat Bastian sebagai seorang petarung gaya bebas tapi pada diri seorang karateka!

Memang demikian filosofi karate perguruan Wadoshin Kai itu. Sepengetahuam Gungun, jauh-jauh hari perguruan ini pernah dicoret dari Forki karena tekniknya yang brutal. Sebelumnya ia seringkali melihat dalam beberapa kejuaraan, lawan-lawan Wadoshin Kai banyak yang wajahnya berlumuran darah atau cidera. Kemudian lama tidak terdengar perguruan ini menghilang dari kejuaraan-kejuaraan anggota Forki. 

Kali ini mereka menghadirkan kembali karateka-karatekanya. Tapi sekarang ada yang berbeda, mereka bermain tidak brutal lagi dan bermain bersih serta sesuai dengan kihon. Gungun menduga Pengurus-pengurus dari perguruan Wadoshin Kai sudah melakukan evaluasi dan memperbaiki tekniknya sehingga bisa diterima kembali oleh standar dan aturan FB Forki. Namun masih kentara dari jurus-jurus yang ditunjukkan para karatekanya sangat powerfull. Pada sepanjang turnamen ini ada beberapa lawan dari perguruan lain mengalami luka dalam dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Tetapi para karateka Wadoshin Kai tidak dapat disalahkan karena kihon-nya sudah benar dan patuh pada aturan pertandingan.

Bastian memiliki postur tubuh lebih tinggi dari Rahmat. Dan badan Bastian padat merata pada seluruh bagian tubuhnya. Meskipun demikian Rahmat dengan gagah dan penuh keberanian menghadapi serangan lawan. Hanya Rahmat sempat dibuat terkejut dengan serangan pembuka lawan yang penuh tenaga dan baik bentuknya. Ia menyadari tipe lawannya sama dengan dirinya, tetapi dengan dukungan tenaga yang besar pada setiap serangannya harus Rahmat waspadai. 

Beberapa kali Rahmat terlibat adu pukul dengan Bastian secara langsung. Namun dalam jual beli jurus, terlihat Rahmat menderita akibat pertemuan-pertemuan langsung itu. Dan perolehan poin pun, Bastian lebih unggul.

Kali ini nyata sekali Rahmat dalam tekanan dan pergerakannya tidak mampu ia kembangkan. Ini berbanding terbalik dengan penampilan Bastian yang mendominasi seluruh putaran dalam babak ini.

Gungun dan orang-orang dari kubu BKC menjadi cemas melihat gelagat buruk ini? Tidak biasanya Rahmat seolah-olah orang baru dalam karate ketika melawan Bastian?

Hal yang dikuatirkan terjadi juga ketika Bastian melakukan Mae-Geri. Dengan mudah Rahmat melakukan tangkisan menyamping. Namun tenaga kaki lawan terlalu kuat dan tetap melaju lalu telak masuk ke ulu-hati Rahmat. Padahal di saat yang sama Rahmat telah melepas pukulan lurus dan tepat mengenai pinggang Bastian sebelah kanan dengan keras, Buk!

Wasit sontak melompat dan berteriak "Yame!" Lalu ia memerintahkan kedua kontestan kembali ke garis amannya masing-masing. 

Para penonton terlonjak dari tempat duduknya melihat tubrukan yang terjadi, namun Rahmat tidak segera kembali! Tampak jelas Rahmat kesulitan untuk berjalan. Ia tengah merasakan kesakitan pada ulu-hatinya yang tadi kena tendang.

Wasit perlu sedikit bersabar hingga Rahmat bisa kembali ke garis amannya meskipun dengan susah payah. Selanjutnya wasit memberikan nilai Yuko pada hasil serangan kedua kontestan. Lalu ia meminta tim medis untuk memeriksa Rahmat. Sekalipun Rahmat sendiri sudah bersiap melakukan pertarungan ia patuh pada dokter yang datang memeriksa kondisinya.

Bergegas dokter datang sambil membawa tas peralatannya lalu memegang ulu-hati Rahmat dan mengajak Rahmat bicara. Kemudian dokter memberikan semprotan pereda sakit kram pada bagian ulu-hati Rahmat. Sekali lagi dokter memastikan dan berbicara kepada Rahmat, tampak pasiennya mengangguk sambil beberapa kali menarik napas dalam. 

Tidak lama kemudian Rahmat sudah bertolak pinggang dan bersiap menghadapi pertarungan kembali. Para penonton sudah duduk kembali dan sementara itu dokter sendiri memberikan anggukan kepada wasit untuk melanjutkan kepemimpinan pertandingan. Setelah itu dokter pergi meninggalkan arena.

Selanjutnya wasit memerintahkan kedua kontestan mulai berlaga kembali. Rahmat tetap bersemangan dan maju kembali dengan gagah menghadapi lawannya. Sebentar kemudian keduanya telah saling incar.

Sambil melompat-lompat dan sekali-sekali satu sama lain melakukan serangan-serangan pancingan agar pertahanan lawan terbuka ....

Tiba-tiba di saat yang sama keduanya telah melepaskan serangan yang cepat!

"Senkobansai pasha ....!" Rahmat melepaskan kiai mengiringi tombokan tangan kanan dan mendarat telak di perut Bastian. Tetapi di saat yang sama, Bastianpun melepas kiai-nya pula ....

"Padaaam ...!

Sebuah pukulan lurus yang dilepas Bastian telah menohok jidat Rahmat dan secepat kilat Bastian menarik kembali tangannya dan ia simpan di bawah pinggangnya.

Pada saat itu Wasit melompat dan langsung berteriak!

"Ao Wazza-ari!"

Wasit memberikan nilai 2 kepada Rahmat yang menggunakan sabuk biru.

"Aka Yuko!"

Dan nilai 1 poin langsung diberikan kepada Bastian pemegang sabuk merah.

Meskipun Bastian paket lengkap selain memiliki kecepatan dan power, tetapi secara kihon Rahmat lebih baik.

Tetapi baru saja Wasit mengganjar nilai pada kedua kontestan ... tiba-tiba Rahmat rubuh!

Melihat hal itu sontak wasit meraih tubuh Rahmat yang telah pingsan. Dan wasit memerintahkan Bastian mundur dan berdiri di garis amannya! Dengan patuh Bastian mundur. Wasit memanggil kembali tim medis. Dokter telah datang dan bergegas memeriksa Rahmat. 

Dengan cepat dokter sudah memastikan Rahmat pingsan akibat guncangan dari pukulan lawan yang mengenai kepalanya dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Hal ini disampaikan kepada wasit. Lalu wasit memanggil kestafel BKC untuk melihat kondisi kontingennya. Kontestan yang terluka atau cidera dalam pertandingan yang sedang berlangsung dan memerlukan perawatan medis akan diijinkan 3 menit untuk menerima penanganan medis

Kang Budi tergopoh-gopoh datang dan segera ia dapat menyimpulkan hal yang sama dengan dokter, bahwa Rahmat perlu perawatan. Akhirnya wasit memerintahkan tim medis yang telah siap dengan tandu agar membawa Rahmat ke ruang perawatan.

Setelah Rahmat dibawa pergi, wasit segera menetapkan Bastian pemenang laga ini.

Huh! Keluh Gungun ikut capek melihat hasil pertandingan yang sengit seperti tadi. Ia memuji Bastian yang memang layak keluar sebagai pemenang.

Pada saat itu di arena lain Gungun mendengar wasit mengumumkan lawan Yanto ke luar sebagai pemenangnya. Melihat Rahmat pingsan dan belum tentu mampu bertarung kembali, lalu Yanto kalah, tidak membuat nyali Gungun menjadi ciut. Justru ia terpacu untuk menang agar ada perwakilan dari BKC untuk kumite putra U-21 yang maju ke final.

Di saat yang sama dewan juri mengumumkan namanya agar mempersiapkan diri turun berlaga kembali. Hmh, Gungun menarik napas panjang dan membuang semua pikiran kecuali ia fokus pada pertandingan yang sekarang ia hadapi.

Sejak putaran pertama Gungun telah menerapkan hasil latihan lari sprint-nya selama ini. Ketika menghadapi lawan di putaran pertama, ia bergerak terus mengincar kelengahan lawan atau menangkis, mengelakkan serangan lawan. Dan di saat tepat ia lepaskan pula serangan-serangan yang efektif dan menghasilkan point.

Kali ini di putaran kedua, Gungun menerapkan pola yang sama. Ia merasa cocok dengan pola ini, bergerak terus dalam mengincar, padahal biasanya ia mengincar dan sedikit bergerak lalu meledak saat ada kesempatan. Sekarang polanya seperti sedang melakukan Kata dan lebih kompleks karena mengikuti perubahan gerak lawan yang tentu saja butuh tenaga ekstra. Tetapi kini Gungun telah mengantisipasi dengan dukungan daya tahannya yang telah ia latih. Benar saja, pola seperti ini banyak menguntungkannya sehingga 3 menit setiap babak terasa tidak terlalu menguras tenaganya.

Dengan persiapan matang pula dan mental yang kuat, serangan yang terasah dengan baik, dan footwork atau gerakan kaki mendekati dan menjauhi lawan, yang baik mengantarkan Gungun mengumpulkan poin demi poin dengan mulus. Babak demi babak dengan baik ia jalani sehingga di luar dugaannya sendiri pada akhir babak ketiga, wasit mengumumkan dirinya masuk ke babak final!

Pada saat itulah Gungun melihat Bastian yang berdiri di barisan official. Tampak sekali Bastian mewaspadai dirinya yang bakal bertemu di final.

Dalam kemenangan ini Gungun tidak meledakkan kegembiraan. Ia hanya melakukan sujud syukur.

Ketika bangun, ia melihat Mama, Dila dan bahkan Papa ada di sana. Tentu saja ia terkejut sekaligus gembira lalu menghampiri mereka. Di saat yang sama beberapa orang berteriak-teriak dari arah tribun utara memanggil namanya!

"Gungun, Gungun ....!" Ternyata itu Alex, Gery, Maria dan teman-teman sekelas lainnya! Gungun membalas lambaian tangan mereka dengan sukacita dan tidak menyangka mereka datang!

Semua pemandangan ini membuat Gungun terharu atas kekompakan mereka datang untuk menontonnya. Lalu Gungun kembali mengalihkan perhatian kepada kedua orang tuanya.

Sekarang Gungun menjadi kikuk, melihat Lani ada pula berdiri di samping Dila. Bahkan Dila merangkul bahu Lani.

"Kok, kalian ada di sini ...?" Tanya Gungun merasa heran. Memang kemarin Gungun bilang ke Mama ia maju ke semifinal, tetapi tidak menyangka mereka datang.

"Ini kan hari minggu, kita sepakat pergi ke sini nonton kamu ...." sahut Mama. Papa tersenyum bangga dan mengajak high-five ke Gungun. Lalu Gungun menyambutnya sambil tersipu.

Saat itu sudut mata Gungun melihat ke arah Lani yang dirangkul oleh Dila. Dila memahami adiknya yang menjadi canggung.

"Tadi aku sama Papa dan Mama dateng ke sini memperkenalkan diri ke rombongan BKC sekalian tanya yang namanya Melani yang mana? Trus ditunjukin deh ..." ujar Dila. "Ternyata emang beneran Lani tuh cantik." 

Dila melirik Lani yang berada di sampingnya sambil tersenyum. Lani sendiri merasakan sambutan hangat dari keluarga pacarnya sehingga merasa nyaman ada bersama mereka.

Diam-diam sudut mata Gungun mengintip Mama. Tapi Gungun merasa lega tampaknya Mama menyukai Lani juga.

"Tadi Papa ngobrol sebentar dengan Kestafel kalian, ternyata Papanya Lani, ya ..." ujar Papa. "Papa sama Pak Budi udah sepakat ...."

Lihat selengkapnya