Bandung, 1985
Matahari telah tergelincir tetapi cahayanya masih menyilaukan mata. Sementara itu suhu udara sudah tidak terlalu panas. Debu-debu kering ditiup oleh angin. Pusaran angin yang membawa debu bertiup ke arah ambang gang persis ketika Gungun muncul.
Gungun baru pulang latihan karate di sekolah SMA-nya yang ia ambil sebagai ekskul. Walaupun sudah sejak tadi ia telah mengenakan t-shirt dan celana jins, sedangkan kakinya hanya beralas sendal capit ia tetap berjalan gagah sambil memanggul karategi [1] pada bahunya. Pakaian karateka itu ia lipat dan diikat dengan sabuk hitam yang pada ujung bannya ada strip putih satu. Ia sengaja memanggul karategi seperti itu seolah-olah memberi pengumuman pada dunia bahwa ia seorang karateka Dan 1. [2]
Sementara itu pusaran angin yang datang dari tanah lapang menjadi pecah manakala tiba di mulut gang yang udaranya lembab akibat selalu tertutup oleh bayangan bangunan-bangunan. Bergegas Gungun menutup mata, hidung dan mulut agar tidak kemasukan debu-debu yang cerai-berai di depan mata. Sambil melompat sedikit menghindari debu-debu, ia tiba di tanah lapang yang kering. Luas lahan tidur itu hanya seluas lapang badminton. Itupun tampak karena ada bilah-bilah bambu yang menjadi ciri dan garis sebagai lapangannya. Tanah lapang ini satu-satunya tempat yang ada di RT 06 RW 10 Kelurahan Maleber dan sering dipakai anak-anak untuk bermain. Lapangan yang biasa digunakan selain olah raga badminton, juga bilah-bilah bambunya digunakan pula untuk permainan 'galah ulung'. Dan permainan-permainan anak lainnya. Bahkan untuk bersepeda anak-anak dari mana saja tujuannya ke lapang ini dan bercampur-baur dengan mereka yang mengadu layangan.
Namun pada hari menjelang sore ini ada pemandangan lain selain keriuhan anak-anak yang bermain pada hari minggu seperti sekarang. Ada kelompok remaja berkerumun pada sebuah tembok rumah yang letaknya persis di pinggir lapangan. Kebanyakan dari mereka dandanannya sebagai anak-anak punk.
Beberapa remaja mengerumuni seorang remaja lain yang terpojok pada dinding tembok susunan bata-bata merah yang belum diplester. Anak-anak remaja yang rambutnya dicat warna warni ada berjumlah 7 orang.
Hm, anak-anak dari RW 13 mainnya jauh-jauh, lagi ngapain mereka di sini? pikir Gungun