Beberapa hari kemudian dan pada waktu berangkat sekolah jam siang yang memang seringkali membuat Gungun kurang bersemangat. Selain pergi jam-jam seperti ini bawaannya mengantuk karena tadi paginya hingga waktu pergi sekolah tiba sudah dipakai untuk bermain.
Tapi mau tidak mau Ia harus ke sekolah. Pada lampu merah di persimpangan jalan Kebon Jati dan jalan Gardujati dan ketika bus damri [1] telah berhenti Gungun turun lalu cukup berjalan kaki yang hanya beberapa puluh meter sudah sampai di gedung sekolah yang halaman depannya sempit dan tertutup oleh plang-plang pertokoan.
Sepanjang trotoar jalan ini ramai oleh toko-toko yang menjajakan berbagai macam dagangan, mulai dari rumah makan, barang-barang elektronik, hingga mebel.
Sementara jalannya sendiri tidak ramai oleh lalu-lalang kendaraan. Padahal lokasi SMAN 4 Bandung berada di sentral perdagangan. Jalan Gardujati sendiri membujur dari utara ke selatan. Mulai arah barat jalan Kebon Jati ada pasar andir, lalu ke timur adalah stasiun Kereta Api Bandung yang halaman utara dan selatannya sekaligus menjadi terminal angkutan kota. Di depan stasiun kereta api bagian selatannya adalah pasar baru yang legendaris. Dari pasar baru lurus ke selatan ada Alun-alun kota. Lalu kembali dari jalan Gardu jati ke arah selatan ada lampu merah persimpangan jalan Jendral Sudirman yang penuh pertokoan pula. Itulah sebabnya pula SMA ini bisa dicapai oleh angkutan umum dari berbagai arah.
Dan tentu Gungun selalu bangga mengayunkan langkah kedua kaki ke sekolah ini yang termasuk 3 SMA unggulan di bandung. Kemeja putih dan celana panjang abu-abu sama dengan yang dipakai SMA lainnya. Yang membedakan adalah bet lokasi yang tersemat pada bahu kanan tentunya. Bahkan semenjak di bis saja ia juga sudah menjadi kebiasaan memamerkan bet SMA kepada setiap penumpang.
Berbeda dengan SMA negeri lainnya di Bandung, begitu masuk, maka tempat parkiran sepeda-sepeda motor lah pertama yang akan dijumpai pada samping aula yang juga berfungsi sebagai gedung serba guna. Sedangkan pintu sebelah selatan pintu besinya yang tinggi selalu dalam keadaan digembok. Lalu di pintu masuk ini, setelah melewati ruang Kepsek dan ruang TU kamu akan disongsong oleh lapangan bola basket. Tapi juga sering dipakai main bola plastik oleh siswa-siswa pria.
Di setiap sisi lapang bola basket berbaris ruangan-ruangan kelas tempat mereka menimba ilmu. Pada jalan masuk di koridor sebelah selatan masih ada ruang-ruang kelas.
Namun kelas Gungun letaknya di seberang dan persis di depan lapangan ini. Jam pelajaran pertama masih belasan menit di mulainya sehingga masih banyak waktu menemui siswa-siswa lain yang bermain di depan kelas masing-masing. Ia bergegas menyimpan tas di atas bangkunya sendiri. Saat itu ada beberapa orang mengobrol di dalam kelas tapi ia lebih senang ikut gabung di luar jadi balik ke luar menemui teman-teman yang bermain di luar.
"Gun, katanya kamu karateka ban hitam?" Tanya Danu.
Gungun mengangguk. Ia tidak heran dan rupanya kabar sudah tersiar bila ia seorang karateka.