Menjelang kumandang adzan magrib dan selesai latihan biasanya Gungun langsung pulang kemudian shalat magrib di rumah saja. Tetapi malam ini spesial sehingga ia memutuskan mandi di toilet sekolah lalu shalat magrib di mushala yang letaknya di belakang gedung sekolah.
Sekarang setelah mandi badannya terasa segar dan telah hilang peluh keringat yang tadi lengket di badan. Kali ini ia telah mengenakan t-shirt dan celana jins. Alas kakinya sepatu kets. Karategi dan seragam sekolah sudah dilipat dan ditaruh di dalam ranselnya. Sekarang waktunya untuk menemui Lani yang telah menunggunya di luar gedung sekolah bersama yang lain. Ketika Gungun datang mereka berpamitan dan meninggalkan mereka berdua saja.
Pada saat itu hari sudah gelap dan lampu-lampu penerangan telah dinyalakan. Tidak lama kemudian Gungun dan Lani telah menyebarang jalan berdua jalan kaki menyusuri trotoar lalu berbelok ke jalan Kebon Tangkil.
Rumah Lani di jalan kelenteng jadi tidak jauh dan hanya sepuluh menit dengan jalan santai sudah tiba di jalan kelenteng. Sekarang Gungun sudah tidak diajak lewat belakang rumah lagi, tetapi langsung ke arah depan rumahnya. Tetapi sampai hari ini Gungun belum berani masuk walaupun seringkali diajak oleh Lani. Rupanya Gungun masih segan terhadap Papanya Lani yang merupakan Kestafel-nya sendiri.
Di jalan itu masih banyak rumah bergaya budaya cina. Dan orang tua Lani pun masih dari keluarga keturunan cina dan itu tampak dari raut wajah Kang Budi, bapaknya Lani yang wajahnya mirip Judge Pao, tapi yang ini berkulit kuning.
Rumah yang dituju letaknya di ujung jalan Vihara persis di sebelah rumah itu ada sebuah Vihara pula. Untuk pertama kali ini Gungun datang ke rumah pacarnya jadi ia mengekor saja. Ketika mereka tiba di sebuah halaman rumah yang berpagar besi, Lani membuka pintu pagar yang berkisi-kisi kawat. Rupanya mereka telah tiba di sebuah rumah yang interiornya bergaya budaya cina pula. Rumah itu tidak besar tetapi halamannya cukup luas. Untuk hari ini Gungun barulah memberanikan diri mau masuk ke rumah Lani.
Tetapi di luar dugaannya, ketika mereka datang, rumah ini telah penuh oleh tamu undangan yang ternyata masih dari teman-teman berlatih tadi. Perayaan hari ulang tahun Lani malam ini seolah-olah pesta orang-orang BKC. Tentu saja karena Ayahnya Lusi juga seorang karateka sekaligus Sensei [1] di BKC, sehingga tidak heran banyak wajah-wajah yang Gungun kenali. Semua ini justru membuat ia menjadi sungkan, tetapi Lani mengajaknya terus masuk dan mengambil tempat duduk di dalam.