Gungun berangkat ke sekolah biasa berjalan kaki ke jalan raya Rajawali. Ketika ia melangkahkan kaki yang jarak tempuh dari rumah ke terminal biskota di jalan Rajawali itu cuma 5 menit, dalam perjalanan ia melihat seorang anak melakukan jogging. Ia adalah si Samson. Gungun sendiri tidak tahu nama aslinya dan hanya tahu panggilan anak itu karena tubuhnya tinggi besar. Mungkin tinggi dirinya hanya sampai di dagunya saja
Padahal sewaktu SD Si Samson dan Gungun sama-sama sekolah di SD Negeri Garuda, tetapi seingat Gungun sewaktu sama-sama kelas 6 SD dia memang sudah tinggi dibandingkan rata-rata tinggi badan seusianya, hanya masih kurus dan tidak seperti sekarang memiliki bentuk badan yang padat merata pada tubuhnya. Rambut si Samson sejak dulu cepak dan selalu tersenyum. Kulitnya bersih tetapi agak gelap, beda dengan kulit Gungun yang sawo matang.
Ia dan si Samson sama sekali tidak pernah ada interaksi karena beda esde. Bila Gungun di esde 5, ia esde 1 lagipula ia tinggal di RW 13 Maleber Utara sedangkan Gungun tinggal di RW 10 Maleber Barat. Dan SD Garuda ada di RW 16 Maleber Barat.
Sekali-kalinya yang Gungun ingat sewaktu pulang sekolah pernah bersama teman-temannya mengambil jalan lain dan lewat pada sebuah sasana tinju. Dari luar beberapa orang terlihat sedang berlatih memukul sansak dan ada pula yang sedang skipping. Dan waktu itu ia sempat bersama-sama teman masuk sasana melihat dari pintu masuk bagaimana orang-orang disana sparing partner di atas ring. Di tempat itulah ia melihat si Samson bertinju melawan anak seumurannya. Dan sejak itupula ia tahu pemilik sasana tinju itu adalah ayahnya si Samson yang juga petinju. Rupanya sasana itu merupakan bagian belakang rumahnya.
Namun Gungun tidak tertarik pada tinju jadi tidak ada kesan apa-apa. Ia justru lebih suka karate, dan ia malah mengidolakan Bruce Lee? Bahkan di kamarnya ada poster aktor sekaligus master Kungfu itu. Sementara ia sendiri tidak punya idola karateka kecuali pernah menyimpan beberapa kliping koran berita tentang Advent Bangun.
Kini untuk kesekian kali ia melihat si Samson sedang joging. Walaupun berpapasan Gungun tidak menyapanya, demikian pula sebaliknya karena memang mereka tidak pernah kenal secara langsung.
Saat itu si Samson mengenakan jaket plastik dan celana panjang plastik pula. Hoody ia kenakan sehingga hanya wajah dan kedua tangan saja yang tidak tertutup namun dibalut kain putih. Sedangkan kedua kakinya mengenakan sepatu olah raga. Tentu saja joging di siang bolong dan mengenakan pakaian berbahan plastik bagi yang tidak terbiasa seperti sedang dipanggang di bawah terik matahari. Tetapi begitulah porsi latihan seorang atlit tinju. Kulitnya bersih tetapi agak gelap dan gelap bukan karena sering terpapar langsung oleh terik matahari tapi memang sejak dilahirkan sudah begitu. Beda dengan kulit Gungun yang kuning langsat.
Bila si Samson sudah bertinju sejak bocah, maka Gungun baru serius dan masuk dojo ketika SMP kelas 3. Di lingkungan tempat tinggalnya ia sering menemui kekerasan bahkan ia sendiri sejak bocah SD seringkali berkelahi. Lalu awalnya ia mengenal karate dari ajakan teman sekelas yang tinggal di Baladewa. Temannya mendengar ada pembukaan dojo di gedung serbaguna di jalan baladewa itu dan mengajaknya bergabung. Sejak itu pula Gungun menyukai karate.
Setelah banyak yang tahu ia ikut karate malah banyak yang menjajal dirinya, tetapi satu-persatu penantangnya dibuat kapok. Demikian pula yang terjadi pada si Rudi Merlin yang justru ia pernah sekelas dengan anak yang terkenal paling badung itu sewaktu kelas dua di SMP YP di Maleber Utara. Rudi sendiri adalah anak yang tidak naik kelas sehingga menjadi sekelas dengan Gungun. Sikap dan bicara Rudi sangat kasar. Dan bila ia butuh contekan tidak segan-segan mengambil buku dari tangan pemiliknya tanpa permisi dulu.
Suatu hari Rudi hendak merebut buku di tangan Gungun. Tetapi Gungun sudah tahu gelagatnya lalu memindahkan buku miliknya hingga luput dari tangan Rudi.
"Woi, pinjem napa!" Sungut Rudi memasang tampang seram. Tetapi Gungun tidak takut. Sementara di kelas itu yang lain melihat saja. Gungun menggeleng dengan tegas. Tentu saja Rudi menjadi marah dan tidak senang dengan sikap Gungun seperti itu ia anggap menantang dirinya yang dikenal sebagai jagoan di sekolah ini.
"Sini, pinjami aku buku itu, kalo gak!" Ujar si Rudi mulai mengancam dan mengacungkan tinju kanannya. "... yuk, kita berkelahi saja!"
Di luar dugaan Rudi, Gungun bukannya takut malah menatap tajam ke arah Rudi. Lalu Gungun berdiri dan pergi keluar kelas. Tadinya Rudi mengira Gungun takut padanya, ternyata sangkaanya keliru.
"Kalau berani di luar," sahut Gungun, "di sini bakal ada guru yang misahin!"
Gungun bicara seperti bukan asal, lalu ia pergi ke luar sekolah. Tentu saja Rudi semakin emosi ditantang seperti itu. Harga dirinya sebagai jagoan jatuh bila tidak ia ambil tantangan itu. Tiba di luar Gungun langsung menyebrang jalan lalu berdiri di atas rel kereta api menunggu kedatangan Rudi. Sementara Rudi sendiri datang bergegas dan langsung menghadapi Gungun secara satu lawan satu. Teman-teman yang tahu akan ada duel berhamburan ke luar untuk menonton mereka.
Gungun sudah bersiap dengan kedua tangan terkepal, sementara Rudi datang berteriak-teriak marah. Tetapi pertarungan yang ditunggu-tunggu tidak kunjung terjadi. Rupanya sikap Rudi cuma gertak sambal doang.
Sementara Gungun hanya waspada bila sewaktu-waktu Rudi melakukan serangan.
"Hei, ngapain kalian di sana!" Seorang yang berdiri di pinggir jalan meneriaki mereka, "minggir, tuh ada kereta mau lewat!" Benar saja di saat yang sama tiang sinyal telah ditarik ke atas dan terdengar suara sirine dari stasiun Andir sedang menutup palang perlintasan. Sebenarnya kereta masih jauh tetapi pertarungan itu percuma untuk diteruskan karena Rudi sendiri kembali sudah masuk sekolah sambil mulutnya tidak berhenti melakukan sumpah-serapah. Maka sejak itulah semua orang tahu si Rudi cuma rukang gertak saja tanpa ada tindakan nyata dan Gungun sendiri selalu waspada bila ada Rudi di dekatnya.
Tetapi semenjak Gungun menguasai karate, Rudi pernah dibikin kapok beneran oleh Gungun pada waktu di luar jam sekolah dan ketika itu mereka bermain bola bersama sebagai lawan.
Saat itu mereka bermain sepak bola pada sebuah pemakaman umum yang masih ada lahan kosong dan tempat itu seringkali digunakan untuk bermain sepakbola. Anak-anak datang dari mana saja dan secara kebetulan kelompok Gungun bertemu dengan kelompok Rudi.
Rudi yang bermain kasar telah melukai kaki beberapa anak dari tim Gungun. Lalu terjadi pertemuan langsung Rudi dengan Gungun ketika rebutan bola dan dimenangkan oleh Rudi. Seharusnya Rudi senang tetapi ia malah merusak acara. Bola yang dibuat dari bahan plastik dan sudah robek malah diinjak-injak kakinya hingga gepeng. Tentu saja permainan tidak bisa dilanjutkan. Semula Gungun dan timnya hanya menonton tingkah urakan Rudi. Tetapi tidak puas sampai di sana, Rudi menerjang dan mengangkat kaki seolah-olah Gungun adalah bola pengganti yang telah dirusaknya.
Tentu saja Gungun sudah waspada dan dengan mudah mengelak sehingga sepakan kaki Rudi menemui tempat yang kosong. Di saat yang sama terjadi sorak-sorai tim Rudi yang mengompori jagoannya supaya lebih berani. Kali ini Rudi sedang bersemangat-semangatnya dan bersiap melakukan serangan baru. Lalu secepat kilat Rudi melakukan serangan seperti tadi. Tetapi kali ini telah mengacungkan tangan kanannya yang telah terkepal. Namun tidak ada yang menyangka sama sekali, secepat kilat Gungun bergerak maju dengan dengan sebuah tendangan lurus ke depan. Gungun membiarkan lawan melakukan serangan lebih dahulu dengan tujuan untuk membalas serangan itu lebih cepat!