Pulang ke rumah tadinya Gungun bermaksud terus mandi, tetapi tiba-tiba hari ini air di bak terasa terlalu dingin. Lalu tidak jadi mandi dan hanya mengambil air wudhu saja untuk shalat magrib. Tetapi, duh susahnya sekedar melucuti kemeja dari badan. Kedua tangan terasa sakit bila di arahkan ke belakang. Tiba-tiba Gungun merasa seluruh badannya sakit-sakit. Namun walau bagaimanapun juga ia harus mengganti baju yang telah basah oleh keringatnya sendiri. Akhirnya dengan susah payah ia bisa mengganti salin dan mengenakan baju koko serta memakai sarung lalu shalat.
Selesai shalat ia memakai t-shirt bersih dari lemari dan mengenakan celana panjang training. Sajadah dan sarung ia taruh begitu saja di sisi ranjang dan tidak ia lipat. Kepalanya terasa berat dan ada perasaan mual tetapi tidak muntah?
Sepertinya aku masuk angin, pikir Gungun. Dan pada saat itu Mama datang ke kamarnya.
"De, kakakmu bilang tadi ada yang berkelahi di depan mesjid Istiqomah?" tanya Mamah.
"Tau ah, Si Dila tukang gosip..." sahut Gungun.
"Eh, yang sopan dong, panggil Teteh, jangan nama doang. Dia kan kakakmu," ujar Mama.
"Peduli amat!" Sahut Gungun tandas.
Pada saat itu terdengar suara dari balik pintu, "udah jelas yang berkelahi tuh kamu, masih bilang gosip!"
"Ah! udah, udah pergi sana! pusing tau dengernya!" Hardik Gungun pada kakak perempuannya.
"Salah sendiri cari penyakit," omel Dila yang masih berada di balik pintu. Tentu saja Gungun meradang dibuatnya.
Ghhh...! Gerutu Gungun sambil menyepak-sepakan kedua kakinya ke lantai. Sementara itu Mama memberi isyarat supaya anak perempuannya diam.
"Mama tuh punya anak cuma dua, seharusnya kalian akur!" tegur Mama.
"Abis tuh si nenek sihir usil melulu sama urusan orang lain ..." Gungun protes.
"Idih, sumbu pendek!" Sahut Dila. Kontan ledekan itu menyulut emosi adiknya.
Buk! Sekarang giliran lemari ditendang oleh Gungun yang melampiaskan kemarahannya. Mama dibuat geleng-geleng kepala oleh kelakuan anak-anaknya.
Akhirnya Mama juga yang menenangkan Gungun. "Ya udah, dede makan dulu sana ..."
"Aku pusing, Ma," sahut Gungun. "Mama pergi sana, aku mau tidur ..."
Gungun mengusir Mama sambil merebahkan badan. Mama maklum lalu pergi menutup pintu.
Tetapi pada saat itu masih terdengar suara cekikikan yang ditahan. "Ya syukurlah, kalo masih bisa marah berarti baik-baik saja."
"Papa diem!" bentak Gungun semakin jengkel mendengar suara Papanya ikut-ikutan berkomentar. Namun selanjutnya sudah tidak tedengar suara apa-apa lagi lalu Gungun menjatuhkan kepalanya di atas bantal dan sebentar saja telah terlelap tidur. []
Matahari sudah naik tinggi ketika Gungun baru bangun tidur. Itupun karena dibangunkan oleh Mamanya.
"Sudah jam 7, kamu tidak shalat subuh, ya?" ujar Mama. "Kemarin Isya juga tidak kan?"
Gungun diam saja dan masih duduk dipinggir ranjang dengan malas. Sementara Mama sudah mengenakan hijab dan seragam batik guru negeri.
"Kamu sakit?" tanya Mama, "pergi ke puskesmas diantar Mama ya?"
Gungun menggelengkan kepala. "Gak, udah baikan kok," sahut Gungun. "Sebentar lagi juga mandi."
"Ya udah, Mama berangkat sekarang," ujar Mama sambil menyodorkan tangan, "assalamu' alaikum."
"Wa'alaikum salam," jawab Gungun sambil mencium tangan Mama.
"Kalo masih sakit gak usah sekolah dulu ..." ujar Mama sambil pergi ke luar. Tidak lama kemudian terdengar suara standar ganda sebuah sepeda di lipat lalu dikayuh.
Pelan-pelan Gungun bangun dan langsung dapur yang ditujunya. Dalam sebuah wajan yang diletakan di atas kompor ada tumis terong lalap kesukaannya dan masih dalam keadaan hangat. Sejak kemarin magrib ia langsung tidur, sekarang perutnya telah kelaparan.
Mamanya seorang guru MAN [1] sehingga setelah shalat subuh langsung memasak untuk bekal Papa berangkat kerja dan untuk Dila yang telah memiliki pekerjaan pula.
Gungun mengambil piring dan sendok di rak untuk mengambil nasi pada sangku. Setelah menyendok beberapa kali, lantas ia ambil beberapa potong telor dadar. Lalu menyendok pula tumis kesukaannya.
Di atas westafel wadah-wadah kotor bertumpuk bekas Mama memasak tadi pagi. Biasanya bila lagi ada mood, ia cucikan wadah-wadah kotor itu. Tetapi kali ini ia lagi enggan mengerjakannya.
Sebelum ia tinggalkan dapur, lebih dahulu ia mengambil cangkir yang ada tulisan namanya. Lalu dengan tangan kanan menadah piring dan tangan kiri menenteng cangkir, ia pergi ke ruang tamu. Sementara itu ia letakan dulu piring dan cangkir di atas meja dan menyalakan radio, Ialu mencari-cari frekuensi yang cocok. Akhirnya ketika terdengar lagu intro A View To A Kill dari grup band Duran Duran, ia mundur lalu makan sambil duduk dan meletakan kaki di atas sofa. Gungun makan sambil menghentak-hentakan badan menikmati lagu itu.
....
Dance into the fire,
That fatal kiss is all we need.
Dance into the fire
To fatal sounds of broken dreams.
Dance into the fire
....
Setelah Gungun selesai makan, ia bawa piring kembali ke dapur lalu meletakannya di atas westafel tadi. Lalu ia memantik penyulut api dari kompor dan membakar sumbu. Sambil menunggu nyala apinya besar dan merata di sekeliling sumbu kompor, ia ambil panci besar dan mengambil air di bak. Hari ini ia mau mandi air hangat, air di bak masih terlalu dingin buatnya. Tapi sewaktu menyendok air di gayung, tangannya sudah tidak sakit ketika memberi tenaga.
Setelah penuh, panci di taruh di atas kompor lalu pancinya ditutup. Kemudian sambil menunggu air menjadi panas, ia pergi rebahan pada sofa di ruang tamu lalu duduk melamun saja. Cukup lama menunggu akhirnya terdengar suara air di panci telah bergolak. Lalu ia pergi mengambil handuk yang diletakan pada tali plastik di depan kamar mandi kemudian ia pergi mandi.
Hari ini ia memutuskan tidak pergi sekolah. Walaupun sekarang sudah mendingan, tetapi untuk pergi ke sekolah badan rasanya belum kuat. Lalu selesai mandi dan ganti dengan pakaian bersih, ia tiduran kembali sampai tidur beneran dibuai lagu-lagu dari radio. []
Gungun terbangun ketika mendengar suara dari dapur, ada yang sedang mencuci wadah-wadah kotor. Rupanya Mama sudah pulang dan biasanya ini sudah jam satu siang. Sementara radio sudah tidak terdengar bersuara. Pelan-pelan ia bangun lalu pergi ke dapur dan benar saja Mama nya yang berada di sana. Demi melihat anaknya datang, Mama menunda cucian lalu melap tangan dengan kain kering. Lalu punggung tangan Mama diletakkan pada dahi Gungun.
"Sekarang udah gak panas," ujar Mama. Lalu Mama melanjutkan pekerjaannya. Sementara Gungun mengambil tempat duduk dekat jendela.
"Mah, nanti bikin surat sakit ya buat besok," ujar Gungun sambil melayangkan pandangan ke luar jendela."