Jagoan Karate

Handi Yawan
Chapter #10

Korban Penembak Misterius!

Gungun berlatih sprint di jalan Burung tungku yang jalan-panjang dan lurus. Jalannya beraspal namun kiri-kanan masih berupa sawah-sawah ini menjadi tempat latihan yang cocok karena sepi dari lalu lalang kendaraan.

Hampir setiap pagi ketika udara masih berkabut, Gungun sudah pergi joging ke tempat ini lalu berlatih sprint untuk menghadapi turnamen yang waktunya sudah dekat. Targetnya tidak harus mampu lari 100 meter dalam 13 detik, karena ia bukan atlit sprint.

Jam tangan Casio CMD-40 yang ada fungsi stopwatch-nya memberikan informasi ia sudah mampu berlari di bawah rata-rata 17 detik!

Berlatih sprint setiap pagi ia hanya butuh waktu maksimal 4 atau 5 kali berlari 100 meter sudah cukup, lalu pulang berjalan kaki saja untuk berhemat tenaga. Ketika pulang matahari mulai naik dan bersinar terik.

Ia ada membawa sebuah tumbler lalu meminum air yang tersisa sambil berjalan. Tidak lama kemudian ia sudah tiba di rumah.

Di halaman ia melihat mama sedang menjemur pakaian yang baru dicuci. Sementara Papa berjongkok di pintu pagar. Rupanya Papa sedang memperbaiki pagar.

"Assalamu'alaikum ..." sapa Gungun. Papa menjawab sapaan anaknya yang baru pulang.

Hari ini minggu dan seluruh keluarga ada di rumah. Papanya Gungun libur dari pekerjaannya sebagai staf keuangan di sebuah pabrik garmen. Demikian pula dengan Dila yang bekerja sebagai staf redaksi koran PR. 

Ketika tiba di kamarnya sendiri ia lepas jam tangan itu lali diletakkan di atas meja. Kemudian ia menyalakan radio dan mencari-cari frekuensi yang cocok.

Ketika sayup-sayup terdengar alunan lagu Holiday grup band Scorpions, ia duduk bersandar dan beristirahat sambil menikmati lagunya ...

Let me take you far away

You'd like a holiday

Let me take you far away

You'd like a holiday 

...

Di atas meja masih berserakan foto-foto, gunting, buku yang tadi setelah shalat subuh baru mulai dikerjakan lalu ia tunda untuk pergi joging.

Sambil beristirahat, pelan-pelan ia lanjutkan menempatkan sebuah foto yang telah ia gunting untuk di tempel pada halaman bukunya.

Sementara di luar tampak Mama baru saja sedang meletakkan cucian pada jemuran.

"Duh musti dibongkar dulu nih," terdengar suara Papa sedikit mengeluh. Ia sedang memperbaiki tiang pagar yang sudah miring. Di tangannya telah ada sebuah linggis.

"Biar si kasep [1] ikut bantuin, Pah ..." ujar Mama.

Lalu Mama meminta tolong pada Gungun yang sedang berada di kamarnya. Tempat Mama menjemur persis di sebelah jendala kamar anak laki-lakinya.

"De, bantuin Papa tuh, da bageur, [2] kasep ..." bujuk Mama.

Sementara Gungun sendiri bukannya tidak peduli, hanya ia enggan kotor oleh tanah. Lagipula ia ada yang dikerjakan.

"Tanggung Ma, lagi pasang foto-foto di album ..." sahut Gungun sambil menaruh sebuah foto pada halaman sebuah buku. Foto The Police yang telah ia gunting lalu ditempel menggunakan lem pada buku yang ia jadikan sebagai album koleksi grup-grup band-nya. 

"Eh, si kasep kalo diminta tolong tuh ya ..." keluh Mama.

"Biarin Ma," sahut Papa, "bisa Papa kerjain sendiri kok ..."

Sementara itu masih ada harapan pada Mama agar Gungun mau bantuin Papanya.

Lalu Mama mencoba menyuruh sekali lagi, "De ..." Belum selesai omongan, di saat itulah Mama mendengar volume musik dari radio dikeraskan tepat pada saat masuk ke bagian bridge ... 

...

Longing for the sun, you will come

To the island without name

Longing for the sun, be welcome

On the island many miles away from home

Be welcome on the island without name

Lihat selengkapnya