Jam 1 lewat Gungun telah menenteng tas ranselnya hendak pergi latihan.
Mama di ruang tamu sedang terkantuk-kantuk sambil bersandar pada sofa. Ia masih mengenakan mukena dan sebuah al Quran ukuran besar pada pangkuannya.
"Ma, Gun latihan ya, titip pesan ke Papa" ujar Gungun pamit ke Mama, "Assalamu'alaikum ... "
"Wa'alaikum salam," sahut Mama, "ya, nanti disampaikan ke Papa, sekarang lagi tidur setelah shalat zhuhur tadi ..."
"Pamit juga De, ke Tetehmu ..." pinta Mama.
"Udah!" Jawab Gungun tandas lalu bergegas pergi ke luar.
Ketika anak bungsunya sudah di luar, Dila datang sambil membawa mie goreng pada wadah piring lodor.
"Ma, yuk makan berdua mie goreng buatanku!" Ajak Dila. Buat Papa aku udah misahin."
Tentu saja Mama senang sekali. "Mama nyicip aja, masih kenyang ..." sahut Mama sambil meraih garpu pada lodor itu. Manakala Mama melihat mie gorengnya ternyata spesial, ada sayuran dan banyak irisan baksonya akhirnya menjadi lahap juga.
"Dede tadi gak ditawarin?" Tanya Mama.
"Bukan ditawarin lagi, malah dede makan duluan. Ini aku bikin yang kedua ..."
Mendengar hal itu Mama tersenyum sambil mengunyah.
"Ngomong-ngomong, tumben adikmu mau pamitan sama Teteh ...?"
"Itu juga karena habis ngrayu minta uang tambahan buat latihan ..." sahut Dila. "Aku kasih soalnya udah mau ngbantuin bikin mie gorengnya."
"Ha... ha... Dede menang banyak dong. Dasar si Kasep!" Sahut Mama yang selalu dibuat geli oleh kelakuan anak laki-lakinya.
"Minta uang tambahan, buat apa?" Tanya Mama kembali.
"Katanya buat latihan ikut turnamen ... Tapi apa hubungannya ya Ma? Kan pendaftaran dan lain-lainnya ditanggung oleh Sekretariat?"
"Oh iya. Dede juga udah bilang ke Mama kok ikut turnamen lagi. Syukurlah Mama senang dede gak cuman ikut-ikutan, tapi berprestasi." sahut Mama. "Malah Mama kuatir bila menghabiskan waktu untuk kegiatan yang tidak jelas ..."
"Iya, gak apa-apa juga aku ngasih tambah uang jajannya, biar si Dede seneng," ujar Dila. "Kan tadi kayaknya dia agak shock tahu si Rudi meninggal ...."
"Syukurlah Teteh perhatian pada dede ..." sahut Mama.
Tetapi Mama tidak tahu sebenarnya Gungun agak enggan pergi latihan karena masih terpengaruh berita kematian Rudi. Tetapi latihan-latihan kali ini sangat penting karena menghadapi turnamen. Jadi Gungun tetap memaksakan diri pergi.
Meskipun demikian ada yang berbeda pada Gungun. Beberapa kali belakangan ini bila pergi dan pulang latihan karate, ia sudah tidak menenteng karategi lagi. Sekarang selalu telah ia masukan pakaian karatenya di dalam ransel.
Ketika tiba di aula SMA, pemanasan sudah dimulai dan dipimpin oleh Yanto pemegang sabuk hitam Dan 1. Di BKC. Yanto seangkatan dengan dirinya meskipun di sekolah adalah kakak kelas karena ia baru bergabung sejak kelas 1 SMA. Mereka bersama ketika Ujian ke tingkat DAN yang diadakan secara terpusat di Pondok Puragabaya BKC, Ciparay, Jawa Barat.