Papa sedang membaca surat kabar minggu yang tadi pagi diantar oleh tukang koran.
Ia membaca koran itu di sofa panjang sementara di depan meja telah tersaji secangkir teh yang masih mengepul. Tidak ada asbak di meja karena Papa tidak merokok. Sejenak Papa menunda bacaannya dan bertanya pada Mama yang menemaninya duduk di samping.
"Teh Dila ke mana, Ma?" Tanya Papa. "Tadi Papa lihat masih ada?"
Mama menaruh cangkirnya sendiri yang telah kosong ke atas meja. Sebelum Papa, Mamah telah lebih dulu meminum teh hangat.
"Sewaktu Papa mandi, ada Riska, temen di kantornya nyamper," sahut Mama. "Mereka sudah janjian pergi bareng ke acara pernikahan teman mereka dan mereka jadi pager-ayunya."
Mendengar kabar itu Papa mengangguk lalu melanjutkan baca korannya.
"Nah ini dia beritanya. Kemarin di TVRI cuma sebentar, jadi penasaran," ujar Papa sambil baca headline."
"Berita apa, Pah?" Tanya Mama. "Berita kerusuhan main bola itu ya?”
"Iya, antara Liverpool dan Juventus, Piala Champions di stadion Heysel. Ngeri deh lihat di TV, orang-orang tertimpa dinding yang runtuh. Akibatnya banyak orang meninggal dunia dan luka-luka."
"Fans yang kalah, ngamuk?" Tanya Mama sambil mengernyitkan dahi.
"Bukan! ini justru satu jam sebelum kick-off. Awalnya dari fans masing-masing klub yang saling mengejek dan melecehkan. Lalu tiba-tiba terjadi rusuh dan menyebabkan tempat duduk di atas ambrol menimpa yang di bawah!"
"Ih, gak di mana, gak di mana, main bola rusuh melulu." Sahut Mama sambil bangun dari tempat duduknya.
"Mau ke mana, Ma?" Tanya Papa.
"Mau berkebun," jawab Mama, "tapi ambil ember dulu."
"Hoam ... Papa malah ngantuk. Tiduran dulu ah ..." ujar Papa sambil menutup mulut yang sedang menguap. Ia membawa koran ke dalam kamar dan melanjutkan bacanya di dalam. Lalu Mama pergi ke belakang menuju kamar mandi. Namun ketika lewat pintu kamar Gungun, ia berubah pikiran dan pergi menemui Gungun di kamarnya.
"De, Mama ada perlu, Mama masuk ya ..." ujar Mama.
"Masuk aja .... Gun lagi baca komik."
Mendengar hal itu Mama melanjutkan langkahnya mendorong pintu kamar anaknya. Ia melihat Gungun membaca komik di belakang meja dan duduk bersandar pada kursi. Beberapa komik lain ada di atas meja. Setelah berada di dalam Mama mendengar suara alunan musik dari cassette player di radio yang volumenya distel kecil saja. Sementara itu beberapa kaset berserakan di atas meja di luar sampulnya.
"Kalo udah distel, ya masukan kembali ke sampul masing-masing trus taro di rak, biar gak berantakan begini ...." Omel Mama. Sementara Gungun sendiri acuh saja. Lalu Mama membenahi kaset-kaset itu dan dimasukan ke dalam sampulnya. Setelah itu kaset-kaset ia letakan pada rak kaset.
"Besok hari pertama turnamen ya?" tanya Mama. "Sekolah sudah tahu belum? Biar bila ikut tanding tidak dianggap bolos ..."
"Udah dong," sahut Gungun, "Gun udah berikan surat rekomendasi dari BKC untuk sekolah."
sementara itu Mama sudah selesai membereskan kaset-kaset yang tadi sembarangan ditaruh oleh Gungun.
"Bagus lah," puji Mama, "dede tinggal fokus. Tapi jangan lupa belajar, sebab sekolah itu lebih penting! Sekolah itu bekal untuk di masa depan."
Mendengar itu Gungun diam, ia tidak senang bila Mama mulai memberi nasihat.
"Seperti sekarang Mama lihat dede belajar terus setiap malam, senang deh liat tetap fokus belajar meskipun mau tanding."
Gungun mulai menggoyang-goyangkan kepala kekiri-kekanan memberi isyarat kepada Mama ia mulai bosan dan bisa menebak arah yang akan dibicarakan Mama. Mama sendiri mengerti isyarat itu lalu mengusap-usap rambut anaknya agar memperhatikan nasihat yang akan ia sampaikan.
"Daripada pacaran ... bisa menganggu pelajaran, bisa mengganggu karate." Ujar Mama. "Seharusnya bila melihat perempuan tuh pandangan dijaga, pandangan harus ditundukkan ... juga sebaliknya, perempuan juga seperti itu bila melihat laki-laki. Apalagi kalo laki-lakinya seganteng anak bujang Mama ...."
"Ya.... Ya.... Ya ..." Gumam Gungun yang telah membuktikan tebakannya tidak salah. Tapi Mama sendiri tidak marah dengan sikap anak laki-lakinya seperti itu. Meskipun sikap Gungun seperti tapi Mama tahu ia merekam setiap ucapannya.
"Ya udah, Mama mau berkebun saja ...." ujar Mama sambil pergi ke belakang.
Tidak lama kemudian di luar terdengar Mama bersenandung sambil mengambil embrat untuk menyirami tanaman-tanaman pada pot-pot atau yang tumbuh di tanah langsung.
Di bawah jendela kamar Gungun ada kran air. Dan di bawah kran itu Mama meletakan ember yang ia ambil dari kamar mandi. Lalu air dari kran digunakan untuk menyirami tanaman-tanamannya. Setelah ember kecil penuh, ia tutup kembali krannya, lalu ember dibawa ke tempat tanaman-tanaman yang akan disirami. Mama menggunakan sebuah wadah plastik bekas sabun cuci sebagai embrat. Wadah itu bagian dasarnya telah dibuat beberapa lobang dengan menggunakan sebuah paku. Bagi Mama kegiatan seperti ini adalah hiburannya.
Pada saat itu Gungun mendengar ada seseorang menyapa Mama.
"Assalamu'alaium ... Bu guru."