Jagoan Karate

Handi Yawan
Chapter #14

Pelajaran dari Guru Terbaik

Iming-iming hadiah uang total Rp. 50.000.000,- bisa membuat beberapa orang gelap mata sehingga menempuh cara-cara yang tidak terpuji. Demikian pula pada dunia karateka yang seharusnya menjunjung tinggi sportifitas. Memasuki babak akhir eliminasi beberapa perguruan berambisi bisa lolos ke semifinal. Sayangnya ada yang menempuh cara yang tidak patut bagi seorang altlit olah raga terutama karate! 

Pertandingan karate adalah olahraga, dan karena alasan itu beberapa teknik paling berbahaya dilarang dan semua teknik harus dikontrol. Kontestan yang terlatih sanggup menerima pukulan yang relatif cukup kuat pada daerah berotot seperti perut, namun kenyataannya tetap saja daerah kepala, wajah, leher, selangkangan dan sendi sangat rentan terhadap cedera. Oleh karena itu teknik apapun, yang mengakibatkan cedera, dapat dikenakan sanksi kecuali jika disebabkan oleh penerima itu sendiri. Kontestan harus melakukan semua teknik dengan kontrol dan bentuk yang baik, sebab jika tidak, maka teknik apapun yang disalahgunakan tersebut akan mendapatkan peringatan atau hukuman. Dan masalahnya timbul ketika ada pihak yang berpura-pura cedera dengan tujuan mendapatkan nilai dengan cara curang seperti ini.

Jam di dinding menunjukkan pukul 9 lebih 15 menit. Kali ini seluruh tim yang berhasil terus lolos ke babak berikutnya sekarang harus berebut tiket ke semifinal dan tentu saja persaingan semakin sengit.

Pada babak akhir penyisihan Grup, Gungun menghadapi Lintar dari Boksikata yang timnya terindikasi mulai melakukan banyak perilaku berpura-pura cidera di babak-babak krusial seperti ini. Namun sejauh ini dalam beberapa kali pertemuan, mereka mampu menyembunyikan dengan rapih.

Kestafel sudah memperingatkan kepada para kontestanya agar lebih meningkatkan kewaspadaan menghadapi mereka.

"Hati-hati pada tim Boksikata, di beberapa turnamen lain mereka curang," ujar Kang Budi kepada seluruh kontestannya sebelum pertandingan dimulai. "Mereka lolos pada beberapa kategori tetapi dengan cara-cara curang pula!" Peringatan diberikan terutama kepada para murid kelas kumite.

Pada saat Gungun turun Gelanggang, Kang Budi dan Kang Ripay tidak ada di arena dan sedang berada di arena lain.

Tetapi sebelum pergi Kang Budi berpesan, "Jangan berpikir kalian harus lolos ke babak semifinal, tapi tampil bertandinglah sebaik mungkin!" Semua kontestan mangangguk-angguk tanda paham pada instruksi ini.

Benar saja apa yang disampaikan Kestafelnya, Lintar dari Boksikata yang diturunkan pada urutan ke-3 dan menjadi lawan Gungun ini tampak jelas bersikap tidak fair. Beberapa kali ia keluar dari area pertandingan bila dikejar. Ia menghindari kontak langsung dan bergerak terus sambil mengincar untuk melakukan serangan bila ada peluang. Dan akhirnya terjadi pula yang tidak diharapkan oleh Gungun!

Ketika Gungun melakukan tendangan lurus ke depan, lawan terlihat olehnya bersikap membahayakan diri sendiri dengan sengaja membuka diri untuk dicederai. Lintar sedikit menekuk kedua lututnya dan badannya agak condong ke belakang.

Posisi seperti yang Lintar perlihatkan jelas bukan sebuah kuda-kuda siap tempur. Tetapi Lintar sendiri menyonsong tendangan Gungun dengan kedua tangannya. Wasit melihat hal ini posisi yang tidak boleh diserang.

Tetapi terlambat! Lintar sudah mencengkeram kaki Gungun dengan kedua tangan untuk alasan menjatuhkan Gungun. Terlihat jelas tendangan Gungun terlalu deras sehingga telak mengenai ulu hati dan mengakibatkan ia terjengkang hingga kesulitan untuk segera bangun kembali. Sehingga sontak Wasit bertindak cepat dan mengatakan, "Yame!" [1]

Gungun tahu tipuan itu sehingga pada detik-detik lawan terlihat tidak mengelak ia telah menarik kekuatan pada kaki kanannya itu. Tetapi lawan telah berpura-pura cedera dan melebih-lebihkan cederanya tersebut ketika ujung kaki Gungun mendorong perutnya.

Tindakannya halus dan bagi mata yang tidak waspada terlihat ia gagal untuk melindungi diri sendiri dan sayangnya, hal ini luput dari perhatian Wasit yang tidak mengantisipasi salah seorang kontestan bersikap curang.

Selanjutnya Lintar bereaksi berlebihan terhadap kontak ringan tadi, dalam upaya agar wasit menghukum lawan. Ketika Lintar terjatuh dan tidak bisa berdiri tegak dengan kuat pada kedua kakinya dalam hitungan 10 detik, wasit menghentikan pertandingan lalu menghubungi dokter untuk insiden robohnya salah seorang kontestan untuk mendapat pemeriksaan. Lalu dokter diminta untuk memeriksa kontestan sebelum pertandingan tersebut dapat dilanjutkan kembali atau tidak?

Bangun ... Bangun ... Bangun ...!

Lawan ... Lawan ... Lawan ...!

Para penonton di tribun bersorak-sorak memberikan semangat kepada Lintar.

Ternyata yang dipertontonkan Lintar tidak didukung oleh bukti cedera yang dilaporkan oleh dokter sehingga Lintar diminta untuk melanjutkan pertandingan. Namun disaat yang sama Wasit langsung menjatuhkan peringatan pelanggaran serius berupa Keikoku [2] kepada Gungun. 

Sontak bergemuruh sorak-sorai dan segala macam tetabuhan dibunyikan menyambut pemberian hukuman itu.

Teknik apapun yang mengakibatkan cedera, dapat dikenakan sanksi dan itulah yang terlihat oleh Wasit sehingga serta merta menjatuhkan hukuman kepada Gungun.

kepada pelanggar telah diberikan keikoku dan potensi Gungun untuk menang telah dikurangi secara serius setelah wasit berdiskusi dengan para Juri. Tentu saja keputusan ini menyulut emosi Gungun yang telah dirugikan. Wajah Gungun menjadi merah padam dan Ia mendongkol sekali!

Tetapi Gungun tidak ada waktu untuk mengeluh karena beberapa detik kemudian ia sudah diminta menghadapi lawannya kembali. 

Dan pada detik itu ia melhat kehadiran Kang Darma di barisan official. Gungun melihat Kang Darma memberikan sinyal kepadanya agar ia menerima keputusan yang dijatuhkan oleh Wasit untuknya. Dan sekali lagi Gungun melihat isyarat lain dari Kang Darma yang meletakkan kedua tangan masing-masing di samping matanya lalu digerakan ke arah depan.

"Hm, benar kata Kang Darma aku harus fokus dan lupakan yang tadi, pikir Gungun. Lalu Gungun tanamkan dalam hati bahwa ia harus lebih berhati-hati menghadapi lawan yang bermain curang.

Aku tidak boleh mengulang kesalahan yang sama supaya tidak kandas lagi di babak ini, tekad Gungun. Ia menarik nafas dalam dan menghembuskan pelan-pelan untuk mengembalikan konsentrasinya.

Kali ini setelah Lintar berhasil bersikap membahayakan diri sendiri dengan sengaja membuka diri untuk dicederai oleh lawan, di babak kedua ini ia mengubah strategi. Sekarang Lintar bersikap pasif dan tidak berusaha terlibat dalam adu jurus-jurus. Ia menghindari kontak langsung untuk mencegah lawan mendapat kesempatan meraih nilai.

Bahkan kali ini Lintar tidak segan-segan melakukan rangkulan, bergulat, mendorong atau beradu dada tanpa berusaha melancarkan teknik yang bernilai atau melakukan bantingan.

Satu-satunya jatuhan yang boleh dilakukan dengan kedua tangan dalam karate adalah ketika menangkap kaki lawan yang sedang menendang. Titik poros tidak boleh berada di atas sabuk pelempar dan lawan harus tetap dipegang, sehingga pendaratan yang aman bisa dilakukan. Ia berharap Gungun melakukan kesalahan lagi dalam pergulatan seperti ini dengan melakukan bantingan.

Bantingan di atas bahu seperti seoi nage, kata guruma dan lain-lain, dan bantingan dengan menjatuhkan diri sendiri seperti tomoe nage, sumi gaeshi dan lain-lain, sangat dilarang. Dilarang juga untuk membekap lawan di bawah pinggang dan mengangkat kemudian menjatuhkan lawan, atau membungkuk untuk menarik kaki dari bawah mereka.

Jika seorang kontestan terluka akibat teknik lempar, Juri akan memutuskan apakah hukuman itu perlu dijatuhkan pada kontestan yang melakukan bantingan. Lintar berharap Gungun melakukan itu dan sekalipun Gungun jengkel dengan sikap lawan seperti itu ia tetap menahan diri sambil mengantisipasi mencari peluang mendapatkan nilai yang bersih.

Kontestan dapat merebut lawan atau karategi dengan 1 tangan untuk tujuan menjatuhkan atau langsung melancarkan teknik ternilai - tapi tidak dengan terus-menerus berpegang pada lawan. Memegang dengan 1 tangan dilakukan ketika akan melancarkan teknik ternilai atau bantingan, atau untuk menahan jatuhnya lawan. Memegang dengan kedua tangan hanya diijinkan saat meraih kaki tendangan lawan dengan maksud menjatuhkannya. Hal ini yang menjadi pertimbangan wasit sehingga tidak buru-buru mengambil tindakan untuk memisahkan kedua petarung dan melihat apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh mereka?

Kedua petarung yang saling merapatkan badan telah berada di atas garis merah, lalu Gungun menarik dorongan badannya. Pada saat itulah Lintar melakukan serangan! Dan inilah yang ia lihat sebagai peluangnya!

"Hiaaa..." Lintar berteriak sekuat tenaga melepas kiai dan meyakinkan juri bahwa pukulanya masuk telak di dada Gungun.

Seketika Lintar segera berpaling seolah-olah telah berhasil dengan serangannya. Tujuan ia berputar adalah untuk menarik perhatian Wasit terhadap tekniknya. Sebenarnya Lintar telah melancarkan teknik yang menghasilkan nilai dan kemudian keluar dari area pertandingan sebelum Wasit meneriakkan "Yame", maka ia seharusnya diberi nilai karena masih di dalam garis arena. Dan itulah yang diyakini oleh Lintar. 

Lihat selengkapnya