Aku menyalakan puntung rokok dan menghisapnya dalam-dalam. Mengepulkan asap ke udara. Kupandangi tubuh-tubuh tak berdaya yang bergelimangan di lantai. Tergeletak di sana-sini—beberapa terkulai lemas di sofa.
Oh, orang-orang busuk itu. Sok kuat dan hidup penuh kesombongan yang konyol. Dan sekarang lihatlah, jadi seperti apa mereka. Padahal, dua jam yang lalu aku dan mereka masih bersenang-senang. Bahkan, mereka yang memohon padaku untuk melayani mereka.
Mereka semua. Ya, benar-benar semuanya.
Aku tidak merasa keberatan. Dan lagipula, aku tidak peduli pria atau wanita. Selama aku memiliki suasana hati yang bagus, bagiku itu tidak jadi masalah. Juga, sepertinya, itulah cara manusia laknat tersebut bersenang-senang dan menghabiskan harta. Bukan begitu?
Nah, kukatakan pada mereka, itu adalah cara bersenang-senang yang rendah sekali.
Oh, ayolah!
Tidak adakah cara yang lebih heboh dan jauh lebih menyenangkan dari ini? Karena bagiku, cara mereka sedikit konyol dan membosankan. Hidup yang hanya puluhan tahun akan terbuang sia-sia dengan mengahbiskan sesuatu yang tolol. Jadi, kuajarkan pada mereka bagaimana bersenang-senang itu.