Siang hari semakin terik dengan panas mataharinya yang membuat tubuh berkeringat bercucuran disaat Lasaka datang dengan wajah bertopeng dan membuat onar atas kedatangan sepupunya yaitu calon Raja Manghala yaitu Jaya Wirata, Singa Wara memperingati perbuatan anaknya yang sangat lancang menyerang sepupunya sendiri sebuah tamparan keras kepada Lasaka dari Ayahnya sendiri Patih Singa Wara.
PLAK ...
"Berani sekali kau menyerang calon Raja Kerajaan Manghala Lasaka! Anak kurang ajar sudah sangat lancang kau bertindak seenaknya di depan calon Raja Manghala," bentak Ayahnya Patih Singa Wara.
"Maafkan Aku Ayah," sahut Lasaka sambil menahan sakit karena ditampar oleh ayahnya yang membuat pipinya merah sambil terus melihat kearah wajah ayahnya.
"Cepat minta ampun kepada calon Raja Kerajaan kita kau membuatku malu dihadapan para Rakyat, Sesepuh Kerajaan, Rakryan Menteri, Pejabat Bangsawan Kerajaan Manghala dan Para Prajurit," ucap Paman Patih Singa Wara.
"Maafkan atas kelancanganku Jaya Wirata, dan para rakyat maupun pejabat sesepuh para menteri yang menyaksikan kelancanganku kepada calon Raja Manghala," sambil terduduk Lasaka meminta maaf kepada Jaya Wirata secara hormat.
"Tidak perlu sungkan sepupuku aku mengenal watakmu sejak kecil kau orangnya sangat jahil, Paman ampunilah Lasaka ini merupakan sambutan dari dirinya," Pinta Jaya Wirata.
"Sekali lagi maafkan kelancangan putraku keponakanku," ucap Paman Patih Singa Wara.
"Tidak Apa-apa Paman semuanya sudah terjadi dan aku baik-baik saja," sahut Jaya Wirata.
Pertarungan Lasaka dan Jaya Wirata disaksikan oleh rakyat dari luar yang melihat, Para prajurit, beberapa senopati dan Rakryan menteri kerajaan manghala mereka sebagian besar mengagumi kesaktian calon raja mereka yang baru yang tidak kalah sakti dibandingkan dengan kedua saudaranya yang sudah gugur akibat perebutan tahta kerajaan manghala tempo hari.
Lasaka masih terlihat tertunduk perbuatannya cukup membuat ayahnya malu dan marah besar dihadapan semua orang.
"Sudah Lasaka tidak apa-apa, Ayo kita keluar dari kerajaan sudah lama kita tidak jalan-jalan bukan," Pinta Jaya Wirata sambil menjabat tangan saudara sepupunya itu.
"Tapi Keponakanku kita harus membicarakan mengenai penobatanmu sebagai Raja Kerajaan Mangahala bersama para pejabat istana lainnya, Bagaimana aku menjelaskan kepada para Rakryan Menteri dan Sesepuh Kerajaan Manghala?" tanya Paman Patih Singa Wara.
"Santai saja Paman aku tidak akan kemana-mana, tolong jelaskan kepada para pejabat kerajaan manghala apapun keputusan mereka aku menerimanya dengan baik dan akan kulaksanakan semua tanggung jawab sebagai calon Raja Kerajaan Manghala," ucap Jaya Wirata sambil menggandeng Lasaka untuk bangun dan mengajak Lasaka melangkah pergi keluar Istana bersama, mereka lalu jalan-jalan dan banyak bercerita.
Sang paman patih Singa Wara hanya bisa melihat kepergian mereka berdua dengan senyum liciknya dia tersenyum cukup puas karena sudah mengetahui kesaktian keponakannya itu masih berada di bawahnya.
"Ini adalah kesempatanku untuk menyusun rencana menyingkirkannya sudah seharusnya aku mengirim orang-orang andalanku untuk membunuh keponakanku itu jika semua keturunan Jaya Wara mati semua akulah yang berhak menjadi Raja Manghala aku telah menunggu hampir 30 tahun lamanya semenjak kakakku turun tahta menjadi petapa, seharusnya akulah yang menjadi Raja tunggal hampir semua umurku kuabadikan untuk membuat kerajaan Manghala ini menjadi terkenal makmur aman sejahtera hingga ditakuti kerajaan tetangga karena kekuatan tempur prajuritnya," pikirnya.
Lalu sang patih singa wara pun menjelaskan situasi yang terjadi kepada beberapa rakyran menteri dan sesepuh kerajaan manghala dihari itu juga.
Malam harinya di sebuah tempat rahasia diluar istana dimana ada sebuah rumah kecil biasa patih singa wara memanggil anak buah andalannya, muncul lima sosok bayangan mendekati Patih Singa Wara dan memberikan penghormatan.
"Tuan Patih memanggil kami," ucap mereka berlima menundukkan badan dan kepala memberi hormat kepada Singa Wara.
"Ada tugas untuk kalian berlima aku tau wajah kalian berlima tidak ada seorangpun yang mengenali termasuk putraku Lasaka," ucap patih singa wara.
"Iya tuan Patih singa wara kami siap menjalankan perintah," jawab mereka kompak.
"Tugas penting yang kuperintahkan untuk kalian habisi calon Raja Kerajaan Manghala Jaya Wirata dia seorang pemuda dengan membawa senjata keris seperti golok disamping nya dengan rambut yang menutupi matanya, gunakan semua kesaktian kalian berlima untuk membunuhnya, dia yang sekarang sangatlah sakti kusarankan kalian berlima langsung menghabisinya dengan cepat dan bawakan aku keris miliknya sebagai bukti dan kalian akan mendapatkan imbalan harta kekayaan dariku ketika aku menjadi Raja nantinya," ucap patih singa wara.
Sambil tersenyum penuh kepercayaan diri kelima pembunuh bayaran itu mengangguk setuju dengan ucapan sang patih.
Mereka berlima adalah pembunuh bayaran yang di rekrut patih agar menyamar menjadi prajurit istana untuk bertemu patih Singa Wara secara tersembunyi diantaranya adalah sosok kelima pria paruh baya.