Jaka Balagong

Hargo Trapsilo
Chapter #4

Kesaktian Para Pembunuh

Pagi hari nafas Pangeran Jaya Wirata berat disaat dia bermimpi buruk dimakan oleh seekor harimau besar berwajah mirip pamannya, dia pun terbangun dari tidurnya.

"Apa itu mimpi aneh ada harimau memiliki wajah paman apa artinya ini," pikir Jaya Wirata.

"Pangeran anda sudah bangun?" Paman Singa Wara mendekatinya.

"Paman kapan kamu masuk kenapa dengan tangan paman berdarah?” tanya Jaya Wirata terkejut tidak menyadari bahwa pamannya telah berada di kamarnya.

"Maafkan kelancangan pamanmu ini, Paman hanya penasaran dengan keris pusakamu yang mengeluarkan cahaya merah dipagi hari tanpa sengaja paman membuka keris dari sarungnya paman menyentuhnya dan terluka," jelasnya.

Ketika Pangeran Jaya Wirata masih tertidur di pagi hari, Pamannya Singa Wara yang penasaran dengan Keris Balung Naga Geni pun masuk ke kamar keponakannya itu dengan hati-hati agar keponakannya tidak bangun lalu mencoba ketajaman dari senjata milik keponakannya itu akan tetapi saat menyentuh jari dan telapak tangannya tergores hingga mengeluarkan darah segar yang menetes ke Balung Naga geni membuat cahaya merah itu meredup seketika.

Ilmu Kebal miliknya dapat dilukai dengan keris balung naga geni diapun terkejut dan semakin yakin keris pusaka milik Jaya Wirata dapat membunuhnya, Singa Wara panik dengan luka gores di telapak tangannya akibat mencoba keris balung naga geni.

"Paman benarkah kau tidak apa-apa?" Jaya Wirata merasa kasian dengan pamannya yang sedang terluka.

"Ini cuma luka gores keponakanku tidak apa-apa," jawab paman patih singa wara.

"Ada apa paman datang menemuiku pagi ini?" tanya Jaya Wirata.

"Beberapa hari lagi hari penobatanmu pangeran, aku kemarin sudah membicarakannya kepada para sesepuh kerajaan beserta para Rakryan Menteri dan pejabat, bukannya kau memintaku untuk merundingkan hal ini dengan para pejabat istana lainnya," jelas paman patih singa wara.

"Ah iya paman maafkan aku yang baru bangun paman, Segera adakan rapat mengenai penobatanku aku ingin hari penobatanku sebagai Raja Kerajaan Manghala disaksikan oleh para rakyat," pinta Jaya Wirata kepada Pamannya Singa Wara.

"Sesuai dengan permintaanmu keponakanku, paman mohon pamit mempersiapkan pertemuan pagi ini," jawab pamannya.

"Baiklah Paman aku juga akan mandi dan menuju balai istana," jawab Jaya Wirata.

Sambil tersenyum Patih Singa Wara pergi meninggalkan kamar Pangeran Jaya Wirata dengan menahan luka gores ditangannya Patih Singa Wara pun segera menemui tabib untuk menyembuhkan lukanya itu karena takut terjadi apa-apa.

Di Kerajaan Nagola...

Dimana para penjahat telah berhasil masuk ke kediaman Putri Nawang Wangi untuk menculik sang Putri tampak ketiganya berdiskusi.

"Kakang Warok berkat ilmu milik Ki Rhatek dan Ki Wage kita berhasil melewati prajurit dengan mudah ilmu melayang raga ini sangat hebat," ucap Saruka.

"Kau benar Saruka, kita dengan mudah menghabisi para prajurit istana dengan cepat," ucap Warok Naya.

HA ... HA ... HA … HA ... HA ... HA …

"Kakang itu disana kediaman tuan putri," tunjuknya pria gendut yang membawa rantai yang bernama Jipan.

"Jipan siapkan rantaimu tangkap dan ikat tuan putri jangan sampai dia kabur," perintah Warok Naya.

"Baik Kakang," jawabnya sambil menjulurkan lidahnya ingin menangkap tuan putri yang cantik jelita.

Ketiganya segera mencari tuan putri Nawang Wangi, dengan memporak porandakan istana bahkan Raja Sri Bekada Wangi yang melihat wajah penjahat yang tidak asing itu pun ketakutan dia tidak menyangka Istana miliknya berhasil di bikin kacau balau oleh lima orang penjahat buronan yang tiba-tiba masuk istana.

Raja Sri Bekada Wangi mencari perlindungan dengan mengumpulkan semua prajuritnya di dalam kamarnya dia trauma karena dulu pernah berhadapan dengan ketiga pendekar beracun semasa mudanya hingga menyebabkan dia kehilangan kesaktian dan jadi sepengecut sekarang.

Sementara itu, Pangeran Uraka Wangi tidak berdaya menghadapi serangan Ki Rhatek dan Ki Wage dia terkena racun dan sulit bergerak.

"Gawat ilmu kebal bumi ku tidak tahan lama, Aku bisa terkena bisa racun ular sebanyak ini aku harus kabur mencari penangkal bisa ular ini, adik ku juga dalam bahaya, sebaiknya aku menuju ke Kerajaan Manghala yang terdekat untuk meminta bantuan secepatnya dengan ajian penembus bumi," pikirnya.

Pangeran Uraka Wangi segera melarikan diri dari pertarungan dengan ajian menembus bumi miliknya dalam sekejap dia menuju kerajaan tetangga Manghala.

Disebuah tempat di istana kerajaan Manghala diadakan rapat mengenai penobatan raja yang baru yang akan direncanakan dua hari lagi sebelum persiapan, Jaya Wirata menginginkan disaat dia menjadi raja dia juga ingin pesta dengan rakyatnya.

Tiba-tiba dari dalam Bumi muncul Pangeran Uraka Wangi dengan tubuh penuh luka dan racun semua pejabat yang hadir di tempat rapat itu terkejut ketika,

Sebagian orang yang hadir di rapat ada yang mengenali wajah Pangeran Uraka Wangi yang sedang tidak berdaya.

"Bukankah itu Pangeran Uraka Wangi dari kerajaan tetangga kita Kerajaan Nagola kenapa dia tampak terluka," ucap salah satu bangsawan.

Banyak orang yang melihat kondisi pangeran uraka merasa kasian, termasuk Jaya Wirata yang mengenalnya ketika kecil, lalu Jaya Wirata mendekati Uraka Wangi dan bertanya kepadanya.

"Apa yang terjadi denganmu wahai saudaraku Uraka," tanya Jaya Wirata.

"Rupanya itu kau Jaya Wirata aku mengenali dari rambutmu yang tidak pernah berubah, Tolong adikku di kerajaan Nagola kelima penjahat buronan kerajaan telah mengobrak-abrik kerajaan kami, adikku dalam bahaya," ucap Uraka Wangi.

"Apa Nawang Wangi calon istriku diculik!" ucap Jaya Wirata Panik.

"Benar tolong adikku, gawat racun ular sudah membuatku lemah," ucap Uraka Wangi.

"Tabib segera panggil tabib tolong saudaraku!" perintah Jaya Wirata.

Beberapa tabib datang dan menyelamatkan Pangeran Uraka Wangi beruntung racun yang menggigit tubuhnya tidak menyerang ke jantung Pangeran Uraka berhasil terselamatkan dan beristrirahat sementara waktu.

Sementara itu ketiga penjahat berhasil menemukan putri Nawang wangi dan menangkapnya rantai milik Jipan mengikat tangan dan kakinya.

"Lepaskan aku TOLONG ...TOLONG...” teriak putri nawang wangi.

Namun beberapa prajurit telah tewas ditangan celurit sakti milik Warok Naya dan sebagian ketakutan tidak berani menyerang buronan pembunuh kerajaan yang terkenal itu.

"Siapa kalian?" tanya tuan Putri Nawang Wangi.

"Ikut kami kalau tidak mau mati!" seru Warok Naya.

Para Abdi tuan putri ketakutan untuk menyelamatkan Tuan putri apa daya mereka sangatlah lemah.

"Kita temui Ki Rhatek dan Ki Wage kita harus cepat kabur dari sini dengan Ilmu Melayang Raga," ucap Warok Naya.

"Baiklah Kakang," jawab mereka berdua bersama.

Setelah mereka berkumpul berlima kembali terbang dengan bantuan Ki Rhatek dan Ki Wage, mereka melayang menuju hutan angker persembunyian dimana disana mereka menyiapkan jebakan untuk Jaya Wirata dan juga pengawalnya.

Lihat selengkapnya