Kalung Mustika Panglimunan milik Jaya Wirata pemberian Ibunya setelah disentuh oleh tangan Jaya Wirata membuat tubuh Calon Raja Manghala itu menghilang bak ditelan bumi sementara Ki Rhatek dan juga Ki Wage kebingungan dengan menghilangnya Jaya Wirata yang mendadak menghilang dari pandangan mata mereka berdua.
"Kemana perginya Bocah itu, apakah dia memiliki Ajian menghilang yang disebut ajian Halimun Ki Wage?" tanya Ki Rhatek.
"Akupun tidak tau Ki Rhatek, Bocah ini memang hebat namun sebelum menghilang dia memegang kalung aneh di lehernya," balas Ki Wage.
"Aku tau itu Kalung Mustika Panglimunan yang dicari-cari oleh Pendekar dunia hitam puluhan tahun yang lalu bagaimana mungkin dia bisa mendapatkannya hanya Pendekar Tua Iblis yang disebut Ki Wesi yang memilikinya puluhan tahun yang lalu, yang entah bagaimana keberadaanya kini kalung mustika itu berada ditangan seorang bocah yang akan menjadi calon Raja Manghala," jelas Ki Rhatek.
"Ini sungguh tidak masuk akal, Apalagi yang dipikirkan bocah itu kita tidak dapat menebaknya dia memiliki ajian yang hebat yang dapat setara dengan ajian kita berdua Ki Rhatek dan juga kalung mustika pangklimunan itu membuatnya bertambah kuat," ucap Ki Wage.
"Kau benar Ki Wage kita harus lebih serius menghadapi bocah ini, akan kugunakan semua racun dan tapak mautku untuk menghabisinya walaupun dia calon Raja Manghala sekalipun tidak akan mampu menerima racun maut ini," ucap Khi Rhatek terlihat mulai marah dan bersungguh-sungguh.
"Kedua Tua Bangka Penjahat ini sangat hebat aku harus melindungi tubuhku dari ajian tapak racun milik mereka berdua, jika aku terkena banyak racun aku akan kewalahan seperti Uraka Wangi bahkan mungkin akan mati," pikir Jaya Wirata.
"Keluar kau Pengecut!" marah ki Rhatek kepada Jaya Wirata.
Muncullah Pangeran Jaya Wirata dihadapan Ki Rhatek dan Ki Wage sambil tersenyum melihat keduanya yang kebingungan.
"Akhirnya kau muncul bersiaplah menemui ajalmu," ucap Ki Rhatek menggunakan kembali ajiannya.
Jaya Wirata kembali menggunkana Ajian Raga Geni ditambah Ajian Melayang Raga dengan tubuh yang melayang Jaya Wirata yang kali ini menyudutkan Ki Rhatek sementara Ki Wage akan menyerang dengan menggunakan Binatang Kalajengking dan juga Kelabang beracun yang disembunyikan dibalik pakaiannya, Jaya Wirata mencabut Keris dari samping Pinggangnya.
"Keris Balung Naga Geni!" seru Jaya Wirata sambil mencabut senjata saktinya.
"Keris apa itu?" ucap Ki Wage Penasaran.
Sambil membabat habis kumpulan Kalajengking dan Kelabang Beracun namun tidak semuanya berhasil ditepis oleh Keris Balung Naga Geni ada juga Kalajengking dan Kelabang yang berjatuhan ditanah untungnya dengan ajian melayang raga Jaya Wirata berhasil menghindarinya.
"Kau Pikir hanya kamu yang menguasai ajian itu, Ayo Wage Serang dia lagi, Kali ini ular-ularku akan melilit tubuhnya," ucap Ki Rhatek Sambil mengeluarkan puluhan Ularnya lagi yang ntah muncul dari mananya dibalik pakaian miliknya.
"Tidak ada habisnya celaka ada beberapa ular yang terbang kearahku,aku harus menggunakan semua kekuatan dari Keris Balung Naga Geni," gumam Jaya Wirata.
Sebuah Api berwujud Naga meledak di udara bersama para penjahat buronan yang berada disekitarnya, Rumah milik Penjahat buronan itu hancur sebagian, Cakra Sena dan Nawang Wangi ikut terkena dampak hawa panas dari Keris Balung Naga Geni yang mengamuk.
BLEDAR ... DAR ... DAR...
Sebuah ledakan besar terdengar dahsyat Keris Balung Geni menghanguskan semua binatang beracun itu, Lasaka yang sedang bertarung sedari tadi dengan Warok Naya ikut mendengarnya karena mereka bertarung diluar rumah.
"Apa itu hawanya terasa sangat luar biasa panas," ucap Lasaka sambil menahan pukulan-pukulan milik Warok Naya.
"Apakah Ki Rhatek dan Ki Wage baik-baik saja," pikir Warok Naya yang sedang bertarung dengan lasaka.
Lasaka dan Warok Naya bertarung dari tadi hingga akhirnya Warok Naya menggunakan celurit berwarna hijau miliknya yang berada di balik pinggangnya, Rupanya celurit itulah yang telah memenggal saudara seperguruan Lasaka dulunya terlihat Lasaka sangat membencinya ketika Warok Naya mulai menggunakan Celurit Sakti miliknya.
Jipan dan Saruka yang tadinya mulai sadar dari pingsannya kembali tidak sadarkan diri setelah merasakan energi dahsyat dari Keris Balung Naga Geni yang menyala merah darah, begitupula dengan Ki Rhatek dan Ki Wage yang telah kehilangan seluruh Binatang beracun peliharaannya.
Hosh ... Hosh ... Hosh ... Hosh ...
"Keris itu sungguh berbahaya kita bisa mati Ki Wage?" keluh Ki Rhatek dengan nafas yang terengah-engah.
"Kau benar kita harus menggunakan Ajian Raga Wesi kalau tidak mau mati gosong seperti binatang peliharaanku tadi Ki," jawab Ki Wage.
"Celaka aku sudah tidak mampu bertahan ada beberapa kelabang beracun yang sudah meracuniku sebelumnya di leher," gumam Jaya Wirata sambil menjaga terus nafasnya dan menyarungkan lagi senjata pusaka keris balung naga geni.
"Lihatlah Ki dia tampaknya terkena racun kelabangmu yang sebelumnya lehernya terlihat pucat dan nafasnya sudah mulai berat, Kali ini akan menghabisinya bersama dengan ajian pelindung baja dan tapak beracun milik kita masing-masing kita akan mengalahkannya," ucap Ki Rhatek.
"Ayo Ki Wage! Serang Bocah itu bersamaan," ucap Ki Wage.