Setelah kepulangan Putri Nawang Wangi kembali ke Kerajaan Nagola hampir setiap hari Nawang Wangi gelisah tidak mengetahui keberadaan calon suaminya Kakaknya Uraka Wangi tidak henti-hentinya menghibur adiknya yang sedang gelisah itu dia pun mengerti adiknya merasakan kehilangan sosok Jaya Wirata calon suaminya yang mencoba menyelamatkan dirinya tempo hari, Dan Juga kembalinya Lasaka tanpa Jaya Wirata membuat seisi Kerajaan cemas akan hilangnya calon Raja Manghala yang akan segera naik tahta menggantikan kakaknya yang telah tewas akibat perang saudara, banyak yang beranggapan Jaya Wirata diculik oleh Kelima Penjahat Buronan Kerajaan itu, akan tetapi ada juga yang menyimpulkan bahwa calon Raja mereka mati di hutan angker karena dikeroyok oleh Kelima Penjahat buronan itu, sementara baik Lasaka dan Tuan Putri Nawang Wangi belum sadar dari pingsan mereka selama beberapa hari, yang dibawa oleh Lasaka hanyalah Keris Sakti milik Jaya Wirata yang berupa Keris Balung Naga Geni yang berwarna putih dan mengeluarkan aura panas menyala seperti nyala api, Lasaka yang tidak kuat memakainya pingsan di hutan angker karena mencoba keris itu, beruntung para Senopati dan Prajurit Kerajaan Manghala sudah tiba di hutan angker di tempat mereka menyelamatkan Putri Nawang Wangi.
Singa Wara cukup senang setelah mendapati senjata Keris sakti Balung Naga Geni dari Lasaka beberapa hari yang lalu, Walau tidak menemukan Jaya Wirata yang tiba-tiba menghilang di hutan angker, Patih Singa Wara cukup senang mendapatkan senjata sakti milik Jaya Wirata itu dia melatih ilmu silatnya hingga menjadi yang tak terkalahkan dia berhasil menggunakan kemampuan dari keris balung naga geni secara dahsyat sehingga batu-batuan di taman kediaman patih hancur berantakan akibat kesaktian keris balung naga geni.
BLEDAR ... DHUAR ... BLEDAR ... DHUAR ...
"Hahaha ... Keris sakti ini memang lebih cocok ditanganku dengan ini tidak ada satu Raja pun yang berani melawanku akan kutaklukan semua Kerajaan tetangga dan akan kukuasai semuanya," pikir Singa Wara sambil tersenyum dengan liciknya.
"Patih memang cocok sekali menggunakan senjata keris itu, hamba kagum melihat kehebatan tuan patih," puji pengawal pribadinya yang bernama Karambani.
"Rupanya kau Karambani beraninya kau mengintip latihanku, Bagaimana keadaan anakku Lasaka?" tanya Patih Singa Wara.
"Beribu Ampun tuan patih hamba tidak sengaja melihat, Keadaan anak tuan patih Lasaka baik-baik saja, dia sepertinya sudah sadar tapi tampaknya dia enggan untuk bangun dia hanya sedikit menderita trauma, melihat tingkah lakunya sepertinya dia mengalami kejadian yang menakutkan," jelas Karambani sang pengawal pribadi Patih Singa Wara.
"Kejadian yang menakutkan apakah ini berhubungan dengan kelima orang penjahat buronan kerajaan itu?" tanya Patih Singa Wara.
"Mungkin saja tuan Patih," jawab Karambani.
"Kelima Orang itu pun tidak mengabariku apakah kelimanya mati, atau baik Jaya Wirata dan Kelima orang itu mati, Ini masih misteri buatku, aku hanya mendapatkan senjata sakti milik Jaya Wirata saja dari tangan Lasaka," pikir Patih Singa Wara.
"Karambani awasi terus Lasaka jangan sampai aku kecolongan lagi dia itu sama halnya denganku sulit ditebak apa keinginanya, Tau-tau sudah punya anak diluar sana hingga detik ini aku belum bertemu dengan cucuku itu dan darimana dia berasal aku hanya mendengar dari mulutnya saja kalau dia sudah mempunyai seorang anak laki-laki, Kau awasi Lasaka terus walaupun dia nantinya keluar istana sebaiknya kau menyamar untuk menghindari kecurigaanya," perintah patih Singa Wara.
"Baik Tuan Patih hamba mohon undur diri," jawab Karambani sambil meninggalkan Patih Singa Wara yang sedang berlatih.
Patih Singa Wara kembali berlatih selama satu jam setelah dirasakan tubuhnya mulai hangat dia pun berpikir akan mendiskusikan masalah Jaya Wirata kepada para sesepuh dan Rakryan menteri lainnya.