Jaka Balagong

Hargo Trapsilo
Chapter #11

Lasaka dan dendam

Di sebuah bukit dimana ada sebuah kepala tengkorak berada diatas bukit itu dikelilingi batuan putih dan beberapa suara burung pemakan bangkai ada sebuah goa bukit tengkorak tunggal dimana Warok Naya bersembunyi disana.

Lasaka mendatangi Goa Bukit tengkorak tunggal dimana kelima penjahat buronan kerajaan berada disana, Lasaka menagih janji kepada Warok Naya agar menurunkan semua ilmu kesaktian kepadanya dengan syarat menghabisi nyawa ayahnya sendiri Patih Singa Wara dari Kerajaan Manghala.

"Ketahuilah lasaka mulai hari ini kau harus membuang ilmu lamamu itu, dan mulai lagi dari awal aku berjanji kekuatanmu yang baru akan mampu mengungguliku karena aku akan mencoba sesuatu yang baru kepadamu," ucap Warok Naya.

"Mencoba sesuatu yang baru apakah itu guru, Apakah semua ilmu yang kupelajari selama lima tahun terbuang dengan sia-sia?" tanya Lasaka.

"Bukannya gurumu tidak mengajarkan seluruh ilmunya kepadamu karena dia keburu mati karena usianya yang tua, yang kau peroleh hanya satu ajian dan kau mengasahnya menjadi lebih kuat dan cepat hanya itu saja berbeda denganku kau akan menguasai Tujuh Tapak Penghancur Raga Tingkat Gaib jika kau berhasil menguasainya dengan sempurna kekuatannya tujuh kali lipat dari ajian yang kau milikki sekarang aku rasa itu cukup untuk menandingi kekuatan ajian suara singa milik ayahmu Patih Singa Wara," jelas Warok Naya Panjang lebar.

"Ajian yang lebih kuat tujuh kali lipat dan mampu menandingi Ajian suara singa ayahku," gumam Lasaka sambil tersenyum.

"Lasaka ada satu hal yang ingin ku ketahui kenapa kau begitu dendam kepada ayahmu sendiri ceritakan semuanya kepadaku?" tanya Warok Naya.

Lasaka akhirnya menceritakan mengapa dia begitu menaruh dendam kepada ayahnya sendiri kepada Warok Naya dan orang yang berada di goa bukit tunggal itu Lasaka menceritakan kejadian kelam yang dialaminya.

"Kejadiannya ketika aku berusia lima tahun saat itu aku melihat dengan kedua mataku sendiri ayahku membunuh ibuku karena ibuku ketahuan merupakan anak dari rakyat jelata, Ayahku merasa ditipu dengan kedua tangannya dia mencekik dan menghabisi ibuku, aku yang saat itu masih kecil tidak mengerti apa yang sedang terjadi namun pelayan yang menyaksikannya menceritakan kepadaku setelah dewasa, Aku ingat pesan ibuku sebelum dia meninggal dan ketakutan karena ketahuan dia bukan bangsawan, Ibuku pernah berkata jangan dendam kepada ayahmu, namun selama puluhan tahun aku tidak dapat melupakan peristiwa itu, Sejak kejadian itu Ayahku pun tidak mau mengajari aku ilmu kanuragan miliknya hingga akhirnya aku perlahan-lahan selama bertahun tahun mulai menjauhinya, Aku juga sengaja tidak pernah memberitahu ayahku bahwa aku sudah menikah dan memiliki seorang anak di desa yang paling jauh agar ayahku tidak mengetahuinya, Aku tidak ingin nasib istri dan anakku sama seperti ibuku yang juga hanya rakyat jelata," jelas Lasaka kepada gurunya Warok Naya.

"Jadi begitu ceritanya, memang ayahmu seperti itu orangnya dia terlalu membanggakan statusnya sebagai orang yang berpengaruh di Kerajaan Manghala dan menganggap semua orang termasuk rakyat jelata itu kecil dimatanya, aku beberapa kali dikalahkan oleh ayahmu namun kau tau kenapa dia tidak mampu membunuhku karena aku menguasai ajian gaib ini dia tidak dapat membunuhku karena aku kebal, namun semenjak dia mengambil salah satu pasangan dari senjata gaibku aku kehilangan syarat untuk menggunakan seluruh kemampuanku dan terpaksa menuruti perintah-perintahnya selama beberapa tahun ini," jelas Warok Naya kepada Lasaka.

"Lantas kalau seluruh kekuatanmu di turunkan kepadaku guru, apakah aku juga harus menggunakan senjata yang sama denganmu guru?" tanya Lasaka kepada Warok Naya.

"Tidak Lasaka karena itu aku akan mencoba sesuatu yang baru denganmu, kau akan mendapatkan semua kesaktian yang kumiliki tanpa senjata gaib milikku, karena ketika kau mendapatkan semua kesaktianku maka setiap senjata yang kau pegang akan menjadi senjata gaib, pengetahuan ini kuperoleh ketika aku masih tinggal di hutan angker dan membaca lontar milik keluargaku di rumah lamaku tempo hari yang kau pernah datangi bersama Jaya Wirata, Sekarang ulurkan tanganmu aku akan menurunkan sebagian kekuatanku kepadamu dan kau akan merasakan kekuatanmu mulai berubah," jelas Warok Naya lagi.

Lasaka mengulurkan kedua tangannya dalam sekejap ilmunya musnah dan digantikan dengan sebagian kekuatan baru dari Warok Naya yaitu ilmu kanuragan gaib, Lasaka tersenyum mendapatkan kekuatan yang hebat yang telah dia rasakan mengalir di tubuhnya dia sudah membayangi dapat mengalahkan kekuatan ayahnya itu suatu hari nanti.

"Sungguh luar biasa kesaktianku aku merasakan kekuatan baru yang hebat akankah kekuatanku sekarang menjadi sebanding dengan ayahku dalam waktu singkat dan tidak perlu berlatih selama puluhan tahun untuk mengalahkan ayahku," pikir Lasaka sambil tersenyum bahagia seperti seorang anak yang mendapatkan mainan baru.

"Tapi Lasaka untuk menyempurnakan kekuatanmu itu pengorbanan harus dilakukan dengan mandi keempat darah wanita yang memiliki keempat putri kamu akan dapat menguasai setengah lagi ilmu kanuragan gaib itu secara sempurna Lasaka dan setelah itu temui aku di bukit tengkorak tunggal malam hari dan aku akan menyerahkan setengah kekuatanku lagi padamu," kata Warok Naya sambil tersenyum licik.

Lasaka tertegun mendengar ucapan Warok Naya dan Lasaka berpikir secara keras dan teringat akan keempat istri dari pangeran Uraka Wangi dari Kerajaan Nagola yang memiliki empat orang putri dengan begitu syarat langsung terpenuhi, siapa lagi orang di wilayah Kerajaan Manghala dan Nagola yang memiliki keempat Istri dan juga Empat orang Putri kecuali Pangeran Uraka Wangi.

"Aku tau siapa mereka itu guru, mereka adalah Istri-istri dari Uraka Wangi dan keempat putrinya di Kerajaan Nagola," kata Lasaka kepada Warok Naya.

"Maksudmu Pangeran Uraka Wangi yang memiliki empat orang istri dan keempat orang anak dari Kerajaan Nagola itu!" sahut Warok Naya terkejut.

"Benar guru, aku rasa syarat itu akan langsung terpenuhi dengan menghabisi keluarga Uraka Wangi sekaligus," ucap Lasaka penuh percaya diri.

"Hahaha ... Kau benar-benar keturunan ayahmu Lasaka terdengar sangat kejam aku menyukaimu, aku saja tidak terpikir untuk menghabisi keluarga dari Kerajaan Nagola yaitu keluarga dari Pangeran Uraka Wangi," kata Warok Naya sambil tertawa senang dengan ide dari Lasaka itu.

Lihat selengkapnya