Sementara itu di hutan Angker Wilayah Goa dingin hutan Angker ...
Tubuh Jaya Wirata berada di sebuah batu dingin dimana seorang pendekar berpakaian putih menjaganya selama lebih dari sepuluh malam yang ternyata orang itu adalah Kakek dari Jaya Wirata dari pihak ibunya yang bernama Ki Wesi Pendekar Golongan hitam yang sudah menghilang lebih dari tiga puluh tahunan itu dia tidak menyadari bahwa roh dari Jaya Wirata sudah meninggalkan raganya ketika menyelamatkan cucunya itu, di dalam goa hutan angker yang dingin Ki Wesi yang sudah bertapa selama puluhan tahun tampak lebih bijak dan tenang dari sebelumnya yang terkenal sebagai pendekar aliran hitam yang haus akan darah lawannya.
"Sudah lebih dari sepuluh hari Jaya Wirata cucuku satu-satunya belum sadar aku meyakini saat ini rohnya sedang berkelana diluar sana, seharusnya dia belum mati namun kalau benar dia mati di hutan angker seharusnya itu adalah kekuasaan wilayah Raja Kematian," gumam seorang yang berpakaian putih berperawakan seram dan tua sambil merenung dengan keadaan cucunya.
Tubuh Jaya Wirata di letakkan di atas batu dingin yang menjaganya dari kebusukkan di sebuah goa di wilayah hutan angker, Ki Wesi sudah berkeliling di hutan angker dan mencoba memasuki alam gaib hutan angker namun belum dapat menemukan roh cucu satu-satunya itu dengan kesaktiannya bahkan wajah Jaya Wirata yang pucat itu pun membuat Ki Wesi khawatir tidak dapat menyadarkan cucunya yang tinggal satu-satunya itu, wajah Jaya Wirata sangat mirip dengan dia ketika masih muda dan sebelum menjadi pendekar aliran hitam dimana dia dulu hanya seorang petani biasa yang hidup bersama keluarganya namun seketika berubah ketika keluarga ayah mertuanya dibunuh dengan keji oleh ketiga pendekar serangkai beracun yang baru turun gunung dan mencoba ilmu racun mereka kepada rakyat biasa seperti ayah mertuanya Ki Wesi sehingga Ki Wesi kehilangan ayah mertuanya dan keluarganya terpisah bahkan desanya pun dibantai oleh Ketiga Pendekar beracun, Ki Wesi mencoba belajar ilmu silat dan mencoba membalaskan dendamnya namun gagal dia cukup terkejut setelah puluhan tahun putrinya akhirnya dinikahi oleh Raja dari Kerajaan Manghala dan melupakan dendamnya karena anak perempuannya sudah hidup bahagia, cukup lama Ki Wesi merenungkan kejadian yang berlalu hingga kini dia melihat cucu satu-satunya yang masih ada dihadapannya.
"Haruskah aku meminta bantuan gurunya Jaya Wirata yaitu Mpu Geni Darma karena dia mengenal sosok Raja Kematian Hutan Angker, Namun jika aku bertemu kembali dengannya dia akan menyinggung kesalahanku dimasa lalu yang sudah membantai saudara seperguruannya di kaki gunung geni lebih dari tiga puluh tahun yang lalu," pikir Ki Wesi.
Ki Wesi beranjak keluar dari goa persembunyiannya dia lalu bergegas menemui guru dari Jaya Wirata itu di kaki gunung geni dengan ilmu meringankan tubuhnya dan terbang ke kaki gunung geni meninggalkan hutan angker.
Dari Jauh Mpu Geni Darma yang sudah memperbaiki Keris Balung Geni yang sudah patah itu menjadi utuh dapat merasakan kekuatan dari Ki Wesi yang sangat hebat tenaga dalamnya, dia pun menyarungkan kerisnya itu dan segera keluar dari tempat pembuatan keris dan menyambut lawannya itu.
BWUSSHHH ... WHUSSH...
Dalam sekejap dengan ilmu terbang yang sangat mumpuni Ki Wesi datang menemui Mpu Geni Darma di tempatnya yang sangat terawat dan bersih itu betapa terkejut dan marah ketika Mpu Geni melihat sosok Ki Wesi yang dulu telah membantai saudara seperguruannya tiga puluh tahun yang lalu dengan bekas luka keris di bagian wajahnya yang seram.
"Kau kan! Wajah itu tidak salah luka di wajahmu itu berasal dari kerisku! Wesi mau apa kau kemari hah!" marah Mpu Geni Darma sambil mengeluarkan Keris Balung Naga Geni yang sudah diperbaikinya menjadi baru.
Ki Wesi terkejut melihat Keris Balung Naga Geni yang telah diperbarui itu cahaya merahnya menyala ingin segera mengamuk lagi.
"Maaf beribu maaf Mpu Geni Darma kedatanganku kesini untuk meminta maaf kepadamu dan juga ada kepentingan pribadiku yang mau kusampaikan kepadamu aku mau meminta bantuanmu Mpu," ucap Ki Wesi.
"Tiga puluh tahun yang lalu kau membantai saudara seperguruanku yang kau kira perguruan kami ini adalah perguruan dari perguruan tapak racun, padahal perguruan kami adalah perguruan aliran putih tapak geni aku tidak dapat melupakan jeritan kematian saudara seperguruanku Ki Wesi, coba disaat itu aku sesakti sekarang kau pun bukan tandinganku," ucap Mpu Geni Darma penuh dendam sambil memegang kerisnya.
"Sekali lagi aku minta maaf Mpu Geni Darma, Tiga puluh tahun yang lalu keluarga mertuaku mati dan aku berpisah dari anak dan istriku oleh tiga pendekar serangkai beracun, mereka berkata kalau perguruan mereka ada di bawah gunung geni dan akupun percaya dengan omongan mereka Lalu aku berguru kepada semua orang sakti baik dari aliran hitam maupun putih untuk membalaskan dendamku, aku dibutakan oleh dendam dan membantai semua saudara seperguruanmu Mpu Geni Darma maafkanlah aku yang sangat bodoh ini dan baru menyadari kalau aku di tipu oleh mereka bertiga, setelah mendengarkan penjelasan dari beberapa penduduk setempat kalau itu adalah perguruan aliran putih tapak geni," jelas Ki Wesi mencoba menjelaskan kepada Mpu Geni Darma yang sudah sangat terlambat untuk dia ceritakan itu.
"Jadi begitu ceritanya jadi ini semua karena fitnah dari ketiga pendekar tapak racun itu kau membantai saudara seperguruanku dan di cap sebagai pendekar aliran hitam yang membantai perguruan kami, namun kesalahanmu tidak hanya itu saja bukan kau berlumur dosa dengan membunuh para pendekar lainnya yang menguasai berbagai jurus tapak sakti namun kau juga membantai para prajurit Manghala yang saat itu baru menjadi sebuah Kerajaan Kecil," ucap Mpu Geni Darma sambil menyarungkan kembali Keris Balung Naga Geni.
"Memang benar aku kembali menjadi penjahat kejam setelah mengetahui istriku mati di temukan disekitar Kerajaan Manghala yang saat itu baru dikenal sebagai kerajaan kecil yang makmur dan anak perempuanku satu-satunya menghilang saat itu, aku membunuh semua prajurit Kerajaan Manghala sampai akhirnya Raja dan Patih Kerajaan Manghala mengalahkanku dengan kesaktian aneh mereka dimana kejadian itu lebih dari dua puluh lima tahun yang lalu," jelas Ki Wesi kepada Mpu Geni Darma.
"Kau tau kan anak perempuanmu ditemukan dan dibesarkan oleh Pemimpin dari Rakryan para Mentri Kerajaan Manghala dan diangkat anak olehnya kemudia akhirnya menikah dengan Raja Kerajaan Manghala yang menjadi mantumu itu lalu melahirkan ketiga cucu-cucumu dimana salah satunya adalah Jaya Wirata," kata Mpu Geni Darma.
"Iya aku baru mengetahuinya setelah anakku menikah dengan Raja Kerajaan Manghala yang mengalahkanku waktu itu dia muda dan sangat sakti karena itu aku akhirnya merelakan anakku hidup bahagia disana," kata Ki Wesi mengingat kejadian puluhan tahun yang lalu.
"Silahkan duduk Ki Wesi jelaskan apa tujuanmu kemari, sejenak aku akan melupakan dosa-dosamu yang telah membantai semua saudara seperguruanku namun aku pernah bersumpah akan menyaksikan kematianmu di depan mataku," ucap Mpu Geni Darma kepada Ki Wesi yang membuat Ki Wesi sedikit gentar dengan ucapan Mpu Geni Darma.
"Kedatanganku kemari untuk meminta bantuanmu mencari keberadaan Roh Jaya Wirata cucuku yang tinggal satu-satunya itu, tubuhnya saat ini berada di goa dingin hutan angker dimana aku bertapa," jelas Ki Wesi.
"Pantas saja Raja Kematian Hutan Angker tidak dapat merasakan tubuh Jaya Wirata kau menaruh tubuhnya di dalam goa dingin itu, Memang benar itu merupakan kekuasaan Raja Kematian Hutan Angker namun Goa dingin adalah pengecualian karena kekuatannya tidak mencapai kesana karena suatu kutukan yang diterima Raja Hutan Kematian dimasa lalu," jelas Mpu Geni Darma.