Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari

Muhammad Kodir Jaelani
Chapter #1

Prolog

Kisah ini terjadi di masa lalu, jauh sebelum Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang jadi arca batu, bahkan jauh sebelum seorang pemuda menaklukan Tujuh Kerajaan.

Alkisah, saat manusia masih muda, Jawadwipa masih terombang-ambing di lautan lepas. Batara Guru memerintahkan untuk memindahkan gunung Meru di India sebagai paku bumi Jawa. Menjelmalah Dewa Wisnu menjadi kura-kura raksasa untuk menggendong gunung tersebut. Dewa Brahma menjelma ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan kura-kura agar tidak tergelincir. Sementara Dewa Bayu bersama para Dewa lainnya dan bangsa Raksasa yang bertugas mengangkat gunung Meru tersebut.

Setelah sampai di Jawa, gunung Meru di letakan di bagian pertama yang mereka temui yaitu sebelah Barat. Namun berat gunung itu membuat ujung Timur Jawa terangkat. Lalu dipotonglah gunung Meru untuk diletakkan di Timur. Selama perjalanan ke Timur gunung itu berguguran sehingga menjadi ceruk, alhasil saat diletakkan miring ke Utara. Akhirnya dipotong lagi dan diletakkan di Barat Laut. Sementara itu, ada daratan yang terpisah dari Jawa, yakni Bali. Gunung Meru pun kembali di potong untuk menyelamatkan Bali agar tak terombang-ambing.

Pangkal gunung Meru di Barat menjadi gunung Kelasa, bagian yang paling besar di Timur menjadi gunung Semeru, di Barat Laut dinamai Pananggungan, dan di Bali di sebut gunung Agung. Sementara guguran selama perjalanan ke Timur menjadi gugusan gunung sepanjang pulau Jawa.

Begitulah lahirnya gunung-gunung di Jawa yang membuat pulau itu kokoh. Tapi ini bukan kisah gunung-gunung suci para Dewa, ini kisah antara manusia dan bidadari.

Selama ratusan tahun, Dewa menguasai tanah Jawa, memerintah dengan sempurna. Namun tanpa disadari selama penancapan paku bumi, ada retakan yang dalam hingga ke Dunia Bawah, tempat para jin dan iblis bersemayang. Selama ratusan tahun pula, para demit menggali retakan itu agar bebas dari neraka hingga akhirnya menembus bumi dan menyebar ke pulau Jawa.

Perang besar antara para Dewa dan bangsa Jin pun pecah. Iblis tahu, bangsanya tak akan pernah menang melawan para Dewa. Sungguh licik akalnya, mereka menghasut manusia yang rapuh hatinya untuk membelot dari para Dewa. Larangan pun dilanggar, kewajiban ditinggalkan. Manusia jatuh dalam dosa.

Perang itu tentu dimenangkan para Dewa, celah berhasil ditutup kembali. Raja Iblis Bondowoso dikurung di gunung Ijen. Namun jin-jin masih ada yang berhasil kabur, dan manusia yang terjerumus dosa tak mau bertobat. Tanah suci Jawa pun menjadi kotor.

Para Dewa akhirnya memutuskan untuk naik ke Mayapada. Tapi bagaimana nasib manusia yang masih beriman kalau Dewa menginggalkan mereka? Ketahuilah, para Dewa tak akan meninggalkan manusianya.

Di antara manusia paling suci dijadikanlah mereka bidadara dan bidadari untuk mengawasi tanah Jawa. Di puncak Semeru, tempat para Dewa naik ke surga, diangkatlah orang-orang suci itu untuk memerintah kerajaan langit oleh Dewa Bayu yang menguasai angin.

Lihat selengkapnya