Blurb
Banjir besar melanda akibat hujan yang berlangsung sangat lama. Sebelumnya, meteor yang melintas dekat permukaan bumi, menarik banyak satelit, membuatnya saling bertabrakan dan menghancurkan.
Rumah Sakit St Theresia, gedung lima lantai, di daerah Jakarta Utara, menghadapi bencana itu. Dokter, perawat, pasien yang lama dan yang baru datang di tengah banjir, juga orang yang mengungsi dari pemukiman sekitar, terjebak tak bisa ke luar, membuat populasi di rumah sakit meningkat.
Tim penyelamat tidak rutin datang, karena situasi Jakarta dan sekitarnya mengalami bencana yang sama. Banyak korban di banyak gedung harus diselamatkan, juga perkampungan. Lantas bagaimana rumah sakit bertahan, sementara ketinggian banjir terus melahap gedung, mendesak semua yang hidup. Belum lagi bahan makanan yang ada semakin tergerus, juga obat-obatan. Pada saat terdesak, penyakit menular merebak perlu ruang isolasi. Rumah sakit sudah jadi seperti penjara, kurungan yang mematikan.
Seorang nihilis, Faustius, pemuda yang cekatan dan daya pikirnya tak dibatasi nilai-nilai moral, bebas dari pandangan yang membelenggu, muncul dan menolong orang-orang bertahan hidup. Hanya karena Dokter Gunadi yang memimpin rumah sakit di masa bencana itu, Faustius mau membantu. Perjuangan mempertahankan kehidupan secara gotong-royong itu tak terasa mengubah pemuda liar, Faustius itu jadi terlibat banyak untuk semua orang bertahan hidup.
Akankah Rumah Sakit St Theresia bertahan menghadapi banjir yang perlahan akhirnya melahap kelima lantainya?
Dikisahkan pula kerinduan orang-orang yang terpisahkan oleh banjir. Cinta sepasang kekasih. Orang tua yang meninggalkan anak-anaknya atau sebaliknya demi keselamatan nyawa. Lebih besar lagi, kerinduan semua orang akan suara kehidupan kota, pemandangan kota walau kumuh juga.
Akankah ada pertemuan kembali orang-orang yang dipisahkan banjir 18 meter?