Jakarta 18m

gatot prakosa
Chapter #14

#14

Kematian akibat wabah tak terbendung. Dan air mulai masuk lantai empat.

Kematian Dokter Gunadi seperti membuka pintu untuk lewatnya banyak orang. Seorang perawat dan lima lainnya dalam satu hari yang sama.

Pemimpin rumah sakit itu terbujur di brankar. Di satu ruangan yang dikosongkan.

Hari kedua sejak nafas Dokter Gunadi putus. Lantai empat masih menampung orang-orang yang merasa sesak kalau harus naik ke lantai terakhir, dan memilih tinggal sampai permukaan air benar-benar tinggi. Tidur di atas brankar yang tak diusung ke atas.

Orang dari lantai atas masih berdatangan mengunjungi jenazah dokter yang pernah mengurus mereka. Menutup hidung karena bau mayat dan bau amoniak dari bagian tangga darurat, ujung paling timur dan paling barat.

Diantara mereka ada juga yang ikut ke bawah lebih karena penasaran melihat orang-orang pergi ke lantai empat yang mulai tergenang air. Orang-orang yang terakhir ini mengira evakuasi sedang disiapkan lewat jalur air.

Faustius dan Dewa menyiapkan makanan. Bumbu dapur nyaris tak bersisa.

Di bagian atap, orang-orang memainkan musik dengan mengetuk benda-benda yang ada. Gelas dan botol, piring, mangkuk, kaleng bekas makanan. Pertama-tama musik tak berirama, lambat laun pengaturan tempo ditemukan sendiri. Orang-orang menari, dan seseorang pemuda mengisi dengan syair yang tak jelas karena diucapkan dengan cepat. Orang-orang tertawa dan menari.

Cuaca sedang tidak hujan, orang memilih tinggal di atap, tempat yang tak lembab, dan menghindari bau. Tetapi tidak semua orang sampai ke pemikiran begitu.

Musik berhenti ketika deru mesin datang menenggelamkan semua suara. Helikopter datang. Orang-orang bersorak gembira. Hari ini akan ada evakuasi. Hari ini bahan makanan dicukupi. Mereka akan selamat.

Tetapi alangkah marah mereka. Helikopter pertama hanya lewat. Baru yang ketiga, helikopter berhenti di atas rumah sakit. Perlahan turun dan standby sekitar tiga meter dari atap.

Tenda-tenda yang dibuat seadanya sudah terbang dan rusak.

Dokter Hengki dan perawat Amanda datang ke atap. Mereka menyisir orang-orang, berusaha mendekat helikopter. Keduanya melihat seorang tentara meluncur ke bawah dari seutas tali. Helikopter masih melayang tenang.

“Dokterkah yang bertanggungjawab di rumah sakit ini?” tanya tentara itu begitu tiba di depan kedua orang berpakaian pekerja medis itu.

“Saya,” jawab dokter.

“Maafkan kami tidak bisa datang sekian lama. Pengungsi menumpuk dan kami kehilangan banyak tenaga. Mulai sekarang kami akan evakuasi gedung ini.”

Lihat selengkapnya