Aksara, Kirana, dan Bima diantar oleh para penjaga berseragam bersih menelusuri lorong-lorong tingkat atas Nusantara Zero. Udara di sini hangat, bersih, dan berbau antiseptik. Namun, di balik kebersihan itu, terasa ketidaknyamanan yang dingin.
Mereka berjalan melewati ruangan-ruangan mewah. Lantai mengkilap, furnitur yang utuh, dan makanan berlimpah. Di sana, para elit—para ilmuwan, politikus, dan jenderal yang selamat—hidup dalam kemewahan yang tidak masuk akal.
Kontrasnya terasa menusuk. Hanya beberapa lantai di atas, orang-orang sekarat. Di sini, orang-orang berpesta.
Bima mengepalkan tangannya. "Ini adalah surga yang dibangun dari darah orang lain," bisiknya, matanya memancarkan kemarahan yang baru ditemukan.
Penjaga itu mengabaikan mereka, dan membawa mereka ke sebuah ruangan tamu yang elegan. "Anda akan diakomodasi di sini, Nona Kirana. Status Zero-001 Anda menjamin kenyamanan."
Aksara melihat ke sekeliling. Di sini, semua yang mereka perjuangkan di luar—persahabatan, belas kasihan, kebenaran—terasa tidak relevan.
Kirana duduk di sofa mewah. Perutnya kenyang, tetapi jiwanya kosong.
"Ayahmu akan segera menemui Anda," kata penjaga itu sebelum pergi, meninggalkan mereka sendirian.
"Ayahmu?" Aksara memandang Kirana. "Penjaga itu bilang ayahmu masih hidup?"
Kirana menggeleng. "Itu tidak mungkin. Dia pasti sudah mati. Mereka berbohong."
Kirana berjalan menuju meja kayu yang besar. Di atasnya, ada sebuah amplop lusuh, kontras dengan perabotan yang mengkilap.
Aksara dan Bima mendekat. Di amplop itu tertulis, dengan tulisan tangan yang dikenali Kirana, "Hanya untuk keturunan K. Zero-001."
Kirana dengan tangan gemetar membuka amplop itu. Di dalamnya, ada selembar kertas tebal yang dilipat rapi.
Ia mulai membacanya pelan-pelan. Wajahnya yang tegang perlahan berubah menjadi pucat, lalu terkejut, dan akhirnya dipenuhi tekad yang dingin.
Surat itu berbunyi: "Kirana-ku, jika kau membaca ini, berarti aku telah gagal. Nusantara Zero bukan utopia. Ini adalah kotak Pandora yang akan membunuh dunia kedua ini."
"Aku tahu kau melihat wadah darah itu. Penyakit itu adalah 'Kanker Radiasi Eksperimental' yang sengaja disebarkan. Mereka mengambil darah orang sakit untuk memperpanjang umur elit di tingkat atas."
"Tetapi, yang lebih buruk: Penyakit ini tidak bisa dikarantina. Jika wadah darah penuh, mereka berencana melepaskan 'senjata biologi kedua' untuk memusnahkan 80% populasi yang sakit, untuk 'menyelamatkan' sisanya."
"Aku tidak bisa menghentikannya. Itulah mengapa aku mengorbankan diriku untuk meninggalkan ini. Ada sebuah 'Kota Bawah Tanah Cadangan' di Indonesia Timur. Jauh dari sini."
"Kota itu masih utuh, belum berpenghuni, dan sepenuhnya otonom. Kau harus memimpin yang masih sehat dari sini—orang-orang yang belum terjangkit dan 'Raka dan Jelita'—pergi ke sana. Itu adalah satu-satunya kesempatan untuk memulai kembali peradaban yang jujur."
"Penyakit itu sudah diaktifkan. Kau hanya punya '72 jam' sebelum mereka melepaskan senjata biologi kedua. Selamatkan yang bisa diselamatkan. Kunci koordinatnya ada di belakang kartu Zero-001-mu."