Blurb
Sipnosis:
Lima tahun telah berlalu sejak Kirana mengkhianati Aksara. Kirana kini adalah pemimpin yang dingin, efisien, dan pragmatis dari 'Jayaindo Ziro', utopia bawah tanah baru yang dibangun di atas kebohongan untuk melindungi sisa-sisa peradaban. Di luar benteng tersebut, Aksara, yang selamat dari pengkhianatan dan kehancuran, telah menjadi pemimpin karismatik dari 'Kelompok Kudeta Tangan Hitam'—sekelompok penyintas yang dicap sebagai teroris oleh Kirana. Didorong oleh dendam dan keadilan absolut, Aksara memulai invasi ke Jayaindo Ziro, bertekad untuk menghancurkan sistem yang kejam tersebut dan mengungkap kebohongan Kirana di mata rakyatnya. Seri kedua ini adalah pertarungan brutal antara 'Keteraturan yang Kejam' melawan 'Keadilan yang Penuh Dendam'.
Pengenalan Karakter Utama:
1.) Kirana Ziro
Jabatan: 'Pemimpin Otoritas (Indonesia Zero)' di Jayaindo Ziro.
'Perubahan Filosofi:' 'Pragmatisme Ekstrem'. Ia percaya bahwa dirinya adalah 'Dewi yang Mengatur Takdir' ('The Goddess of the Order'). Dia tidak lagi peduli dengan cinta atau hati nurani; yang penting adalah keselamatan 20% populasi yang tersisa. Dia adalah penjaga yang kejam namun efektif.
'Kekuatan:' Kontrol penuh atas teknologi dan militer Jayaindo Ziro. Kunci utama untuk mengendalikan orang adalah 'Kebohongan yang konsisten'.
'Penampilan Kunci:' Pakaian formal militer yang bersih dan terawat. Matanya yang merah tidak lagi memancarkan keraguan, tetapi 'ketegasan yang dingin'. Dia memiliki aura kesepian yang tersembunyi.
2.) Aksara Ziro
'Jabatan:' 'Pemimpin Lapangan' dari Kelompok Kudeta Tangan Hitam.
'Perubahan Filosofi:' 'Dendam Murni & Keadilan Absolut'. Setelah dikhianati, ia kini sepenuhnya menerima warisan "teroris" ayahnya. Ia tidak hanya ingin menghancurkan Ziro, tetapi juga menghancurkan 'Kirana' secara moral. Hatinya yang dulu beku oleh es, kini beku oleh 'kebencian'.
'Kekuatan:' Keahlian bertahan hidup dan bertarung yang luar biasa. Aksara kini memiliki keterampilan memimpin dan militer yang dikembangkan oleh Pamannya. Belati esnya adalah simbol pengkhianatan Kirana yang ia jadikan senjata.
'Penampilan Kunci:' Janggut tipis, bekas luka dalam di wajah (dari karang), penutup mata gelap di mata kiri. Jaketnya kini gelap dan tebal. Dia memimpin serangan dari kegelapan.
3.) Bima
Peran:' Bertindak sebagai penghubung antara pihak Kirana dan Aksara.
'Status:' Secara teknis penyintas di Jayaindo Ziro, tetapi dihantui oleh rasa bersalah karena menjadi saksi pengkhianatan. Ia mungkin diam-diam bekerja sebagai 'agen ganda' untuk Aksara, mencari penebusan dengan membocorkan informasi.
'Filosofi:' 'Kebenaran dan Penebusan.' Ia adalah suara moral yang tersisa, mencoba memperbaiki kesalahan yang ia biarkan terjadi di Bab 13.
Premis:
Lima tahun setelah pengkhianatan yang kejam, seorang pemimpin tiran yang heroik, 'Kirana', harus mempertahankan utopia barunya, 'Jayaindo Ziro', dari invasi brutal 'Aksara', mantan kekasihnya yang kini menjadi pemimpin "teroris" dengan satu mata dan didorong oleh dendam untuk membuktikan bahwa 'kebenaran yang jujur lebih berharga daripada kestabilan yang dibangun di atas kebohongan'.