Jakarta Zero √A: revenge of the white hair (series 2) novel edison

Pikri YAnor
Chapter #4

Jejak Luka Lama dan Pedagang Manusia

Dua minggu berlalu sejak serangan sabotase informasi di Laut Banda. Aksara dan timnya terus bergerak ke timur, semakin dekat ke perairan Jayaindo Zero.

Aksara memutuskan untuk berlabuh di sebuah pulau kecil tak berpenghuni di gugusan Kepulauan Kai. Mereka butuh istirahat, air bersih, dan pengisian daya untuk peralatan infiltrasi mereka.

Di pulau itu, mereka mendirikan perkemahan sederhana di antara reruntuhan rumah nelayan lama. Suhu di sana lebih hangat, tetapi masih terasa dinginnya Musim Dingin Nuklir.

Saat senja, Sakti, ahli navigasi, kembali dari pengintaian. Wajahnya tegang.

"Komandan, saya menemukan sesuatu. Bukan pos militer, tapi... penampungan," bisik Sakti.

"Penampungan apa?" tanya Aksara, tanpa mengalihkan pandangannya dari peta.

"Penampungan budak. Ada sinyal radio yang sangat lemah. Mereka membawa wanita dan anak-anak," jelas Sakti.

Aksara bangkit berdiri. Perdagangan manusia, yang dulunya adalah masalah sosial, kini menjadi komoditas berharga di dunia yang hancur.

Aksara merasakan mual yang dingin. Perdagangan manusia selalu mengingatkannya pada sisi paling gelap dari peradaban yang ia coba selamatkan dulu.

"Gema, matikan 'jammer' sinyal kita. Kita dengarkan frekuensi mereka," perintah Aksara.

Gema mengaktifkan alat penyadap canggih dari Kiai Jalal. Suara kasar seorang pria terdengar dari radio.

"Pengiriman besok pagi, jalur Alpha. Barang siap jual. Kirana Zero suka yang bersih," suara itu tertawa kotor.

Kirana Zero. Aksara mengepalkan tangannya. Jayaindo Zero tidak hanya membangun di atas kebohongan; mereka juga berpartisipasi dalam kejahatan moral yang paling keji.

Aksara tidak bisa mengabaikannya. Dendamnya terhadap sistem lebih besar daripada dendam pribadinya terhadap Kirana.

Mereka menyelinap ke penampungan itu di tengah malam. Aksara memimpin, bergerak seperti hantu.

Mereka menemukan sekitar sepuluh orang terperangkap di dalam gudang besi. Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak yang terlihat ketakutan dan kelaparan.

Di antara mereka, ada seorang wanita muda, mungkin berusia awal dua puluhan, duduk dengan tatapan kosong.

Aksara menaklukkan dua penjaga tanpa suara. Sakti dan Gema bertugas membuka kunci gudang.

Saat pintu gudang terbuka, orang-orang itu terkejut. Mereka mengira Aksara dan timnya adalah penjual baru.

Aksara, dengan penutup matanya, terlihat menakutkan. "Kami dari Tangan Hitam. Kami akan membebaskan kalian. Ikuti perintah," katanya, suaranya dingin tapi tegas.

Lihat selengkapnya