Usai memindahkan potongan-potongan mayat korban mutilasi, ketiga polisi yaitu Jalaini, Budiman, dan Anggoro menaiki mobil Polres. Budiman menyetir mobil itu sambil merokok. Budiman pula yang meminta Jalaini menebeng mobil tersebut dengan mengambil jalur lewat depan rumah Jalaini. Posisi duduk Jalaini diapit oleh Budiman dan Anggoro, meski Jalaini yang akan lebih dulu turun.
“Ndak ada hal mencurigakan yang diceritakan oleh Bu Darmi dan orang-orang di lingkungannya. Pak Medi juga begitu. Sejauh ini karena TKP sudah benar-benar terkontaminasi, jejak-jejak pelaku masih sulit diidentifikasi,” ujar Anggoro, si polisi muda.
“Ya semua TKP hari ini begitu,” tanggap Budiman. “Tapi Mak Romlah menceritakan sesuatu kan, Bung?”
“Iya, dua remaja yang juga tetangganya hilang,” balas Jalaini.
Budiman menyatakan bahwa dia curiga terhadap dua remaja itu. Menurut Budiman, korban yang ditemukan adalah seorang wanita yang dari fisiknya tampak usia muda.
Anggoro menyela, “Jadi maksud Bapak pelakunya adalah si pria...yang namanya...?”
“Mustofa,” bantu Jalaini.
“Ya itu terduga kuat. Korban sudah kuat mengarah ke gadis bernama Kenanga itu. Hilang bersama Mustofa. Pas. Korban dan pelaku. Lihat saja besok kita selidiki dan wawancarai para saksi.