Usus dua belas jari mengambang seperti tali yang tertaut pada perut yang terpotong. Ujung untaian itu keluar sisa-sisa pencernaan dengan potongan sangat kecil. Potongan perut itu mengeluarkan darah hingga mencemari warna asli sumur.
“Pak Jumadi, punya tali?” tanya Jalaini.
“Tambang? Yang biasa buat ikat sapi-sapi saya?”
Jalaini mengangguk lalu pandangannya beralih ke salah satu polisi berseragam. Polisi itu hanya bergeming. Jalaini tersenyum.
Polisi itu turun dengan badan ditali dengan tambang. Dia turun seperti pemanjat tebing, hanya saja tali tambang itu dipasangkan pada katrol dan Jalaini yang mengulur tali bersama beberapa warga.
“Sampai.”
Tali ditahan.
Setelah beberapa lama, polisi itu teriak, “Tarik!”
Potongan itu berhasil dievakuasi. Potongan ini menjadi salah satu kunci kuat dalam mengidentifikasi korban. Tak ada tanda memar. Tak ada tanda kekerasan; tentunya selain pada bagian yang dipotong itu.
Satu hal yang bisa menguatkan identifikasi jasad itu adalah potongan badan itu berupa tengah perut, hingga kedua sendi peluru. Jasad itu masih memiliki organ reproduksi yang utuh. Jasad itu adalah wanita.
“Ada air mani?” tanya Budiman.
“Tidak ada. Mungkin karena jasad ini sudah beberapa jam di air, sehingga cairan terangkat,” jawab Jalaini sambil memeriksa bagian vital itu.
“Ada bekas lengket?”
“Tidak ada.”
“Sepertinya masih rapat.”