JALAINI: Sumur-Sumur Mutilasi Berantai

Ikhsannu Hakim
Chapter #16

Makan Malam

Pintu dibuka Jalaini dan meminta Anggoro serta Budiman untuk masuk. Sekarang tidak duduk-duduk di teras, katanya. Jalaini menjamin akan memberikan kedua rekan kerjanya makan malam yang enak. Dia mempersilakan mereka duduk di kursi pada meja makan.

"Pengganti lotek yang tidak jadi kita makan," kata Jalaini.

"Tapi saya memang ndak pesan lotek, Pak," balas Anggoro.

"Ya, apapun itu, saya sudah buatkan untuk kita dari kemarin malam."

Tutup saji dibuka Jalaini. Ayam goreng, nasi, dan dua mangkuk sambal terasi. Juga terdapat air putih dalam wadah beserta tiga gelas. Piring serta sendok juga tertata.

"Saya panaskan dulu."

Jalaini membawa ayam goreng dan nasi ke dapur. Nasi dikukus sedangkan ayam goreng digoreng lagi. Dibuatnya dua the manis hangat, lalu diberikan ke rekan-rekannya.

"Sejauh ini kita belum punya titik terang yang jelas terkait korban maupun pelaku. Bagaimana lagi kita bertindak?" tanya Anggoro.

"Oh, saya lupa menyampaikan sesuatu. Tadi pagi waktu di kantor, ada informasi orang hilang. Dua gadis. Hampir seminggu ini hilang," tanggap Budiman.

"Siapa mereka?" Jalaini duduk di kursinya.

Budiman mengambil buku catatan. "Siti Rosidah. 15 tahun. Kulit sawo matang. Tubuh ramping. Rambut sebahu dan bergelombang. Tahi lalat di sebelah kanan bibir. Terakhir pergi menggunakan baju blus biru dengan bunga mawar putih."

"Satu lagi?" tanya Anggoro.

"Mawarni Saraswati. 15 tahun. Kulit putih langsat. Tubuh ramping. Rambut pendek dan lurus. Gigi gingsul. Terakhir pergi bersama Siti Rosidah menggunakan kebaya merah tua dan jarit dengan rambut digelung."

Anggoro meminum tehnya. Jemarinya mengetuki gelas tanpa suara.

"Saudara Anggoro, ada apa?" tanya Jalaini.

"Ndak. Em… hanya lapar."

Jalaini dan Budiman tertawa.

Kemudian Jalaini pamit untuk mengecek nasi dan ayam di dapur. Sudah hangat. Jalaini memindahkan makanan itu ke tempat semula.

"Sambal yang ini pedas saja. Ini pedas manis."

"Buat sendiri, Bung?" tanya Budiman.

"Ya."

Mereka makan dengan lahap. Bahkan Budiman menambah ayam gorengnya. Dia berharap istrinya juga bisa memasak masakan seenak itu. Jalaini pun membocorkan resepnya berikut tata caranya lewat lisan.

"Bung, kamu perlu menerbitkan buku resep masakan," canda Budiman.

Mereka tertawa.

"Pasti istri Pak Jalaini bangga," tambah Anggoro.

Suasana mendadak sunyi. Tak ada gerakan dari mereka selain gerakan mata.

"Em… Bung. Mau ke kamar mandi."

Lihat selengkapnya