Bab 7 : Bayang-Bayang Masa Lalu
Suasana rumah terasa lengang. Arini duduk di sofa ruang tengah, ditemani lampu temaram yang nyaris meredup. Di sekitarnya, tumpukan buku pelajaran berserakan di meja. Biasanya, Arini sibuk memeriksa tugas-tugas muridnya, tetapi malam ini, pikirannya melayang jauh. Ia semakin stres setelah mengalami beberapa kejadian aneh dan tak terduga.
Nama “Dewi” terus menerus bergema di kepalanya sejak beberapa hari terakhir. Perempuan itu muncul di kehidupannya seperti badai kecil, mengguncang dasar-dasar rumah tangga yang selama ini ia kira kokoh. Meski Budi, suaminya, bersikeras bahwa Dewi hanyalah seorang kenalan lama, Arini tak bisa mengabaikan kegelisahan yang menghantui hatinya. Ia gelisah memikirkan wanita misterius itu.
Dewi Permatasari. Nama itu seperti kunci yang berusaha membuka kotak memori yang sudah lama terkunci. Namun, yang muncul di benaknya hanyalah potongan-potongan gambar buram. “Siapa dia sebenarnya? Siapa juga Dimas yang ada disampingnya? Dan apa yang dia inginkan dari keluarga kecil kami?” Arini bergumam pelan, hampir tak terdengar.
***
Ia memejamkan mata, mencoba mengingat sesuatu yang lebih jelas. Bertahun-tahun lalu, sebelum ia dan Budi menikah, Arini ingat pernah mendengar cerita tentang seorang wanita yang begitu dekat dengan suaminya. Namun, ia tak pernah menganggap cerita itu serius. Budi adalah pria yang selalu setia dan penuh cinta, atau setidaknya, itulah yang ia percayai selama ini. Ia tak ingin keyakinannya itu memudar.
Arini memutuskan untuk membuka album foto lama. Ia berjalan ke kamar, membuka laci lemari, dan menemukan album di bawah tumpukan kain yang tak lagi terpakai. Album itu penuh dengan foto-foto pernikahan mereka, liburan keluarga, hingga potret-potret Aisha dan Rara saat masih kecil. Senyum bahagia di setiap gambar terasa begitu nyata, seperti janji bahwa hidup mereka akan selalu baik-baik saja. Dan, tetap bahagia.
Namun, di antara halaman-halaman itu, sebuah foto lain terjatuh. Itu adalah foto lama, warnanya sedikit pudar. Gambar itu menunjukkan Budi muda, tersenyum bersama seorang wanita yang tidak asing, tetapi juga sulit dikenali. Wanita itu ... Arini yakin, itu adalah Dewi. Dia menatap serius album foto itu.
Jantungnya berdegup lebih kencang. Ia ingat pernah melihat foto ini sebelumnya, tetapi saat itu ia menganggapnya sebagai bagian dari masa lalu Budi. Kini, melihatnya lagi di tengah situasi yang penuh tanda tanya, foto ini terasa seperti petunjuk yang ia butuhkan. Ia bakal menyelidiki lebih lanjut.
***
Saat Arini mencoba menyinggung soal Dewi, Budi terlihat gelisah. Ia selalu menghindar, mencari alasan untuk pergi, atau mengalihkan pembicaraan ke topik lain. “Kamu terlalu memikirkan hal yang tidak perlu, Rin,” kata Budi sambil tersenyum tipis, di balik rasa gugupnya.