Bagaikan segelas air dingin disiang bolong, hujan ditengah kemarau dan cahaya lampu emergency pada saat listrik padam, mungkin seperti itu yang dirasakan Randy ketika disela obrolan dengan Oyas ada pesan masuk di ponselnya. Ketika dlihat pesan tersebut berasal dari perusahaan yang pernah dilamar, Randy girang bukan main. Kontan dia menyudahi obrolan provokatif dengan Oyas demi berusaha menghubungi nomor telpon Narahubung yang tertera di pesan masuk tersebut.
Jari jemari Randy mulai berusaha menyentuh papan tombol dan satu persatu ditekannya secara perlahan. Seperti gelas jatuh, pandangan dan konsentrasi Randy terpecah memperhatikan angka demi angka agar tidak ada satupun yang berbeda. Empat hingga hampir lima kali nada tunggu berbunyi barulah terdengar suara “Halo selamat siang PT. Planet Idaman ada yang bisa dibantu? sapa customer service perusahaan terdengar ditelinganya. Randy pun menjawab dengan sigap, menjelaskan perihal dan alasannya menghubungi perusahaan tersebut. Siang itu berujung pada teragendakannya jadwal interview pertama Randy.
Sebuah perusahaan multinasional yang bergerak dibidang elektronik menjadikan Randy berbenah diri. Harapan kembali lahir dari hati yang sudah gersang, seperti mekarnya bunga dari tangkai yang layu. “Apa aja ya kira kira yang mau disiapin? Ujar Randy ketika lengannya bersandar pada dahi dengan sedikit kerutan itu. Kemampuan berkomunikasi dan meyakinkan lawan bicara sudah tidak diragukan lagi. Maklum Randy lumayan aktif berorganisasi semasa kuliah sehingga menjadikan dia fasih dalam berbahasa, tapi apa cukup?
Sepertinya tidak cukup! kalau hanya bermodalkan kemampuan berbicara, dan Randy menyadari itu. Mulailah dia mencari informasi dengan bertanya kepada teman teman yang sudah bekerja, browsing di internet tentang tips bagaimana cara jitu menghadapi interview pertama. Yupss..,Akal cerdas Randy memunculkan satu kesimpulan bahwa jurus pamungkas yang harus disempurnakannya adalah penampilan. Sebuah ungkapan lama pun terbesit dalam fikiran anak muda itu bahwa, tiga dikali tiga sama dengan sembilan, ada tidak ada uang yang penting penampilan.
Jumat pertama diawal bulan itu pun tiba, kemeja putih berukuran slim fit dirasa pas ketika menutupi badan Randy yang proporsional tidak gemuk dan tidak kurus. Paduan celana berbahan kain warna biru donker dan ikat pingang kulit cokelat tua senada dengan sepatu mengkilapnya menjadikan langkah kaki Randy yang berperawakan seratus tujuh puluh sentimeter semakin mantap dan tegap penuh wibawa untuk ukuran calon pekerja dengan interview pertama. Upss..hampir lupa, percikan parfum buatan lokal beraroma maskulin menjadikan percaya diri Randy membara bagai serdadu yang menatap medan tempur dengan kepala tegak dan pandangan tajam.