Cinta itu sederhana. Ketika engkau merasa bersyukur atas luka yang kau rasakan maka disanalah dekapan paling nyaman untuk membawa kembali cinta pulang ketempat yang seharusnya
Setelah itu dia pamitan untuk pulang duluan karena sudah tak tahan menahan gemuruh di hatinya, sedangkan Ridho masih terdiam ditempatnya ingin tanpa beranjak mengejar Anisa.
Hari itu dia pulang ke rumah dengan dada sesak menahan luka yang teriris lebih dalam dari sebelumnya, dan dia harus berusaha menata hatinya kembali sendiri tanpa Khumaira Sahabatnya, karena dia tak mungkin mengganggu khumaira yang sedang memperdalam ilmu agamanya di Salah satu Rumah Qur’an di Jogja.
Anisapun menumpahkan air matanya dighadapan Allah sehabis sholat, dia ceritakan semua kepiluan yang dialaminya, sungguh malam itu seolah malam yang paling intens anatara hamba dan tuhanya.
Untung saja surat Undangan belum di buat, semua persiapan pernikahan hanya masih pada tahap perencanaan kedua belah pihak, jadi Anisa tidak terlalu berat untuk segera membatalkan rencana pernikahan mereka, hanya saja sudah terlanjur banyak yang tau rencana pernikahan mereka. Sehingga banyak pertanyaan yang muncul kenapa pernikahan mereka bisa batal.
Namun bagi Anisa masa lalu itu adalah aib yang tak perlu di ceritakan kembali karena yang mendengarnya belum tentu menyukainya dan yang menyukainya tidak akan pernah mampu mengembalikanya yang ada hanya akan memabah pilu karena di kasihani, maka yang berlalu biarlah berlalu, seperti senja yang tenggelam dan menghadirkan malam penuh bintang.
Seberkas cahaya selalu menerangi jiwaku, dan aku pastikan itulah cinta yang bukan sekedar cinta melainkan kekuatan diatas segalanya, karena dia lebih dari sekedar peranya dalam hidupku, dia bintang senja dan bintang fajarku.
Bidadari yang tak bersayap itu ada dibumi, bahagia dan kedamaiyan yang dicari ada dipelukanya, dia yang akan selalu ada di garda terdepan ketika seorang anak di rundung masalah.
“Bunda, bolehkah aku bersandar dibahumu, karena saat ini aku mulai merasa lelah?”
Pinta Anisa sambil menyandarkan kepalanya di bahu ibunya, seperti seorang anak kecil yang ingin bermanja-manja kepada ibunya.
”Bunda maafkan anak gadismu ini, saat mengenal cinta yang lain, sering aku mengbaikanmu, lebih memperhatikan yang lain dari pada dirimu, padahal surga yang ku cari ada di bawah telapak kakimu”
Lanjut anisa dengan penuh penyesalan dan air mata.