Arya berubah menjadi sosok yang berbeda, seru dan pandai sekali menciptakan humor yang membuat Anisa dan Nia tertawa, entah kemana sifat dingin yang ditunjukkan Arya pas waktu bertemu kemarin-kemarin, walau begitu Arya tetap menjaga jarak dengan Anisa dan nia bahkan tak pernah berani memandang terlalu lama, hanya sesekali saat mulai berbicara, sikap itu semakin membuat Anisa meras nyaman bersama Arya, memang mudah untuk menciptakan kenyaman bagi dua orang yang memiliki hobi dan cara berfkir yang hampir sama.
“Arya ! Menurutmu apa itu cinta dalam diam ?”Tanya Anisa
“Sederhana”Jawab Arya dengan penuh senyuman.
”Maksudnya?”Tanya Anisa
“Bagi saya cinta itu sederhana, tidak membutuhkan kata istilah apapun, cinta dalam diam, bukankah itu hanya membuat hati sesak saja, ya kalau tak yakin akan dimiliki maka lupakan saja, tapi kalau memang ingin dimiliki ya bicarakan saja sama pemilik hatinya lewat do’a dan tentunya itu tidak akan menyesakkan hati”Jelas Arya dengan senyuman
“Gampang sekali engkau bilang begitu, sepertinya engkau tidak pernah jatuh cinta ataupun merasakan pacaran?”tanya Anisa agak sinis
“Karena saya tau bagaimana rasanya jatuh cinta dan pacaran makanya saya berani mengatakan hal seperti itu, karena jika memang benar itu cinta pilihanya cumin dua, nikahi jika mampu, jauhi jika tak mampu menikahi”Jelas Arya.
“Saya suka, tidak ada pacaran dalam islam tapi ngomong-ngomong sudah berapa lama engkau hijrah?, dan kapan terkhir kau pacaran?”tanya anisa.
“Hei jangan suka sama saya karena saya bukan orang yang baik, mbak tidak tau siapa saya, dan apa untungnya saya jawab pertanyaan mbak, bagi saya masa lalu itu adalah aib”Jelas Arya
“Hei jangan salah paham, saya suka cara berfikirmu, lagian siapa jugak yang suka sama cowok aneh kayak kamu”Jelas Anisa dengan senyuman menghias wajahnya.
Hari sudah sore merekapun pulang dan kembali kerumah, percakapan mereka tentang dende cilinaye masih berlanjut walaupun itu hanya lewat chattingan.
Dan begitulah seterusnya, mereka berdua sering saling menghubungi meskipun sebatas diskusi kecil, tentang agama, pengalaman masing-masing seolah mereka memberikan kenyamanan satu sama lain, Arya yang memaklumi sifat Anisa yang kadang-kadang sering dibikin nya ngambek karena sikap Arya yang kadang-kadang menyebalkan menurut Anisa, namun Arya tidak pernah membiarkan komonikasi mereka melebihi jam sepuluh malam, bahkan disiang haripun Anisa harus bertanya apakah Arya ada waktu untuk diajak diskusi.
Namun itu semua terasa Unik bagi Anisa, karena baru pertama kali dia bertemu sosok yang memberikan kenyaman dan pandangan-pandangan baru yang membuatnya semakin bersemangat untuk memantaskan diri, dan mengajarkanya batasan dalam bergaul dan berkomonikasi dengan seorang lelaki tanpa harus banyak bicara.
Perjalanan mereka menyusuri tempat-tempat yang menjadi bukti sejarah adanya cerita tentang Dende cilinaye sudah sampai di hari teakhir Arya ada ditempat itu, sama seperti hari-hari sebelumnya, mereka habiskan untuk bercerita, setiap sampai di satu tempat, makan bersama sambil bercanda, sesekali saling melempar ejek an Nia yang melihatpun sampai mengagumi dua sosok yang itu yang seperti pasangan yang serarsi dan senang dipandang mata.