Pertemuan pertama Ardian dengan Clara terjadi dalam suasana yang sederhana namun penuh makna. Mereka bertemu di sebuah acara amal gereja, di mana Ardian ditugaskan membantu mengorganisir kegiatan untuk anak-anak panti asuhan. Clara adalah salah satu relawan yang terlibat langsung dalam acara tersebut. Dengan sikap yang penuh ketulusan, Clara menunjukkan cara berinteraksi dengan anak-anak yang luar biasa. Ketika seorang anak kecil menangis, Clara dengan sabar duduk di sampingnya, mengusap punggungnya, dan berbicara dengan lembut sampai air mata itu berubah menjadi tawa.
Ardian, yang saat itu sibuk dengan tugasnya, tanpa sadar menatap Clara. Ada sesuatu yang menggelitik hatinya. Bukan hanya penampilannya yang sederhana namun menarik, tetapi juga cara Clara membawa ketenangan di tengah keramaian. Dalam kerumunan orang dewasa yang sibuk, Clara tampak begitu tenang dan fokus pada anak-anak, seolah mereka adalah pusat dunia ini. Itu membuat Ardian penasaran.
Ketika acara selesai, Ardian akhirnya memberanikan diri mendekat ke Clara. Dengan senyum yang lebih ragu daripada biasa, ia membuka pembicaraan.
"Halo," katanya, mencoba terdengar santai meski suara dalam dirinya bergetar. "Terima kasih sudah membantu hari ini."
Clara mengangkat wajahnya, memberikan senyum hangat yang langsung membuat Ardian merasa lebih tenang. "Oh, sama-sama. Acara ini berjalan sangat baik, semua anak-anak tampaknya sangat senang," jawabnya.
Ardian merasa terkejut melihat bagaimana Clara begitu rendah hati. "Semuanya berkat kamu juga. Tanpa bantuanmu, tentu acara ini tidak akan semenyenangkan ini."
Mereka berbicara lebih lama dari yang mereka kira. Bukan hanya tentang acara amal, tetapi juga tentang kehidupan, pekerjaan, dan mimpi-mimpi mereka. Ardian merasa terhubung dengan Clara, meskipun mereka baru saja bertemu. Ada sesuatu dalam diri Clara yang membuatnya merasa nyaman, seperti berbicara dengan seseorang yang telah dikenalnya bertahun-tahun. Dalam percakapan itu, Clara menyampaikan tentang pekerjaan dan kehidupannya yang sederhana, tetapi penuh makna. Ia mengajar anak-anak dari keluarga yang kurang mampu, sebuah pekerjaan yang dilakukannya dengan penuh dedikasi. Ia berbicara tentang bagaimana ia merasa bahagia ketika bisa melihat perubahan positif pada anak-anak yang ia ajar.
Ardian mendengarkan dengan penuh perhatian. Ada kedamaian dalam cara Clara berbicara—sesuatu yang sangat ia cari dalam hidupnya. Dengan setiap kata yang keluar dari mulut Clara, Ardian merasa seolah ia menemukan jendela kecil yang mengarah ke dunia yang lebih luas dan lebih indah.
Seiring waktu, kedekatan mereka semakin tumbuh. Mereka mulai sering bertemu, tidak hanya dalam konteks pekerjaan gereja, tetapi juga di luar itu. Mereka berbagi cerita, saling mengerti tanpa banyak kata. Ada sebuah kenyamanan yang hanya bisa ditemukan dalam kebersamaan yang sederhana namun mendalam. Setiap percakapan, setiap tawa bersama, membuat Ardian merasa semakin terikat dengan Clara.