Setelah berjam-jam duduk di depan Gua Maria, berbicara dengan hati yang penuh dengan pergumulan, Clara dan Ardian memutuskan untuk beranjak. Suasana malam yang damai kini memberi mereka sedikit ruang untuk merenung lebih tenang. Mereka tidak menginginkan kata-kata lagi untuk menggambarkan apa yang mereka rasakan.
"Sebenarnya, aku merasa sedikit lebih ringan sekarang," kata Clara, sedikit tersenyum. Ia berdiri dan menyeka sisa-sisa air mata yang masih ada di pipinya. Meskipun hatinya masih terasa penuh, setidaknya ia merasa ada sedikit kedamaian yang datang setelah berbicara dengan Ardian.
Ardian mengangguk, senyum tipis mengembang di wajahnya. "Kadang-kadang, berbicara memang bisa memberi kita sedikit ruang untuk bernapas. Tapi kalau kamu merasa butuh waktu lebih banyak, kita bisa pergi ke tempat lain."
Clara menatap Ardian, mata mereka bertemu. "Maksudmu... pergi ke tempat yang lebih seru?" goda Clara, dengan nada sedikit bersemangat. "Aku merasa seperti butuh sedikit pelarian malam ini. Hanya kita berdua, tanpa pikiran berat yang mengekang."
Ardian tertawa mendengar hal itu. "Pelarian? Kamu pikir kamu bisa kabur dari semua pikiran itu dengan cara seperti ini?" tanyanya, masih dengan senyum di wajahnya. Tapi ada keseriusan dalam suaranya yang tetap menunjukkan bahwa dia ingin memastikan Clara merasa lebih baik.
Clara mengedipkan matanya. "Mungkin tidak kabur, tapi sedikit melupakan sejenak—bercanda, tertawa, dan merasa bebas." Ia melirik motor Ardian yang terparkir di dekat gereja, ide pun muncul begitu saja.
"Apa kamu ingin... jalan-jalan naik motor?" tanya Clara dengan mata yang penuh antusiasme, tak sabar menunggu jawaban Ardian.
Ardian mengangkat alisnya, terkejut. "Kamu yakin? Tengah malam begini, kita malah pergi naik motor?"