Jalan Pulang

Widiyati Puspita Sari
Chapter #6

6. Bayang Trauma Yang Melekat


           Di keheningan malam, yang hanya dipecahkan oleh detak lambat jam dinding, aku berbaring di atas kasur dengan tatapan kosong. Udara dingin merayap perlahan di dalam kamar, membuatku cemas, takut kalau-kalau memicu serangan panik. Aku meringkuk lebih dalam di balik selimut lembut yang menutupi tubuhku, mencoba menemukan kehangatan dan rasa aman. Pandanganku terarah pada atap kamar yang samar-samar terlihat dalam kegelapan, di mana bercak-bercak noda putih dari cat yang mulai pudar menciptakan pola-pola acak di langit-langit.

           Pikiranku melayang tanpa tujuan. Bertanya-tanya, mengapa aku seperti ini. Mungkin, aku akan terus terdiam dalam renungan ini kalau tidak ada getaran ponsel yang mengagetkan.

           Pesan dari Tian muncul di layar, dan aku segera meraihnya. Kali ini, dia mengirimkan tautan ke akun Instagram seorang pengajar yoga dan meditasi. Tian bilang, mengikuti panduan meditasi dari akun itu membantunya merasa lebih tenang, jadi ia memintaku untuk mencobanya.

           Rasa penasaranku tergugah. Mungkin ada sesuatu yang bisa kupelajari dari sini, sesuatu yang bisa membantuku menenangkan pikiran dan menemukan kembali keseimbanganku. Aku membuka tautan itu, menonton video-video yang penuh dengan suara lembut dan panduan bernapas perlahan. Dalam hati, aku berharap bahwa ini bisa menjadi langkah kecil menuju kedamaian yang selama ini hilang. Mungkin dengan mencoba hal baru ini, aku bisa menemukan jawaban dari semua pertanyaanku. Aku pun mulai mencari tahu apa itu meditasi, dan menanyakannya pada Bu Diah apakah itu boleh aku coba dan aman buat kondisiku. Termasuk mencari tahu juga, apakah selaras dengan agama yang kuanut, mengingat yang aku tahu, meditasi adalah salah satu tata cara doa dari agama lain.

           Akupun memutuskan untuk memilih salah satu panduan meditasi bagi pemula yang hanya berdurasi tidak lebih dari 20 menit. Segera kuikuti panduannya dengan duduk bersila dalam posisi tegak, dengan kedua telapak tangan terbuka, sekaligus mencoba mengatur napas perlahan inhale dan exhale secara perlahan dari napas perut.

           Di menit pertama, aku memang merasa sangat tidak nyaman, ingin segera membuka mata, dan mengakhirinya, entah kenapa aku terdorong untuk memaksa diriku sendiri.  Pikirku, selama serangan panik tidak muncul, aku ingin terus melanjutkannya, hanya demi ingin segera mendapatkan efek dari meditasi tersebut.

Lihat selengkapnya