Jalan Pulang

Widiyati Puspita Sari
Chapter #9

9. Merubah Sudut Pandang


 

           Sepulang dari ibadah minggu pagi, Stefi tidak langsung mengajakku pulang. Sebaliknya, ia mengajakku bertemu seseorang yang kami kenal. Meskipun tubuhku masih lemas dan cemas mengganggu pikiranku, aku tak bisa menolak karena aku juga merindukan orang tersebut. Kehadiran Stefi yang paham kondisiku membuatku merasa sedikit lebih tenang.

           Orang yang akan kami temui adalah Kak Marta, seorang kakak rohani yang dekat dengan kami melalui komunitas paduan suara. Pembawaannya yang energik serta kehangatannya dalam berkomunikasi membuat kami merasa nyaman meskipun usianya jauh lebih tua. Kami sepakat bertemu di gereja tempat Kak Marta beribadah, yang kebetulan masih satu kawasan dengan sekolah tempat Kak Marta juga bekerja. Gereja tersebut memiliki banyak ruangan khusus yang nyaman untuk kami mengobrol..

           Saat bertemu, kami saling berpelukan dan mengungkapkan rasa rindu. Stefi dan aku bergantian menceritakan masalah kami. Stefi dengan masalah percintaanya, dan aku dengan masalah keluarga. Kak Marta mendengarkan dengan penuh perhatian, meskipun tampaknya dia sendiri sedang menghadapi kesulitan..

           “Maaf ya, bukan Kakak tidak mau membantu, tapi Kakak sendiri sedang banyak masalah yang melemahkan iman kakak. Bulan ini saja, Kakak memilih untuk tidak melayani sebagai singer dan whorsip leader karena tidak ingin kekalutan Kakak ketransfer dan berdampak buruk jemaat,” ujar Kak Marta dengan nada sedih.

           Stefi dan aku mengangguk, memahami. “Kita sudah senang bisa bertemu, Kak,” kata Stefi.

           “Iya, pokoknya, di masa-masa seperti ini, kita hanya bisa berserah kepada Tuhan,” lanjut Kak Marta, mengulangi nasihat klasik yang sering kudengar.

           “Oh iya, kakak punya kenalan yang bantu kakak di sekolah anak jalanan. Pas kakak mudik, kami bertemu, kami ternyata satu kota asal. Terus temannya kakak ini, mengajak ibadah komsel bareng. Disana kita ketemu hamba Tuhan yang punya karunia penghlihatan. Selesai ibadah si hamba Tuhan ini, Bu Angel namanya, beliau langsung ngajak Kak Marta berdoa, tumpang tangan,orangnya berbahasa roh beberapa saat, baru Bu Angel ini mengatakan kalau masalah yang kakak alami ini akan selesai karena Tuhan selalu sertai, dan masalahnya apa saja, diucapkan sama beliau, sama persis seperti yang Kak Marta alami, padahal Kakak ga pernah cerita, ke temen kakak itu juga apalagi.” Cerita antusias Kak Marta membuatku dan Stefi penasaran.

           “Ini Kak Marta punya kontaknya, kalian mau kah? Mungkin Bu Angel bisa membantu. Bilang saja tahu dari Marta gitu.”

           Aku dan Stefi langsung mengangguk mau. Siapa sih yang tidak mau masalahnya segera tuntas? Apalagi aku, menjadi normal kembali adalah keinginanku paling kuat.

Lihat selengkapnya