Jalan Pulang

Widiyati Puspita Sari
Chapter #28

28. Menapak Dendam


           Aku duduk di kursi yang terasa terlalu besar untuk tubuh mungilku, membuat kepercayaan diriku sedikit tergoyah. Jantungku berdebar kencang, telapak tanganku mulai berkeringat. Di depanku, seorang wanita paruh baya berambut pendek dengan potongan pixie, memeriksa CV-ku dengan cermat. Matanya bergerak perlahan, mengamati setiap detail yang tertulis di sana.

           Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikiranku yang gelisah, sambil mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan yang mungkin akan diajukan. Wanita itu tampak terlalu tenang, tanpa ekspresi yang bisa kubaca. Sesekali ia mengerutkan kening atau mengangguk, mungkin menemukan sesuatu yang menarik.

           Rak buku di sampingnya penuh dengan folder dan referensi yang tertata rapi, menambah kesan serius pada ruangan ini. Jam dinding berdetik pelan, membuat suasana semakin tegang. Aku duduk tegak, tangan kusilangkan di pangkuan, mencoba terlihat tenang dan profesional meski kegelisahan masih menggelayut di hati.

           Akhirnya, wanita itu menurunkan CV dan menatapku. Tatapannya tajam, tapi ada senyum tipis di sudut bibirnya. "Baiklah," katanya dengan suara tenang namun penuh otoritas, "mari kita mulai."

           "Berhubung kamu hanya lulusan SMA, saya tidak bisa menggaji kamu banyak. Mungkin sekitar 1,5 juta. Padahal kalau kamu lulusan sarjana bisa dua kali lipatnya. Bagaimana?" tanyanya.

           Aku mencerna ucapannya sejenak. "Untuk gaji, saya tidak masalah, Bu, asalkan sesuai dengan pekerjaan saya," jawabku, berusaha setenang mungkin.

           "Oke,kalau begitu saya akan jelaskan tugas Staf Administrasi di sini, pertama harus datang lebih pagi dan pulang paling akhir. Jadi, setengah enam pagi kamu harus sudah ada di sini, dan pulangnya mungkin jam delapan atau sembilan malam." Aku hampir tidak percaya mendengarnya.

           "Karena sekolah ini dari TK sampai SMP, murid-murid sering lebih betah berada di sekolah, jadi sampai malam masih banyak murid berkeliaran. Kalau kamu bersedia, besok bisa mulai bekerja, tapi akan saya hitung sebagai training. Dimana selama dua minggu training itu, kamu hanya akan mendapatkan uang ganti transport, baru setelah itu ada gaji, dan gaji dibayar dua bulan sekali."

           Aku merasa ada yang tidak adil. Sekolah swasta terkenal dengan biaya mahal, tapi benarkah prosedurnya seperti ini?

           "Oh, iya, satu lagi. Sekolah ini ada dua cabang, jadi dalam seminggu kamu akan bolak-balik. Tapi tenang, ada sopir sekolah yang akan mengantar kamu."

           "Bagaimana?"

           "Apakah saya boleh memikirkan dulu, Bu?" tanyaku, mempertimbangkan transportasi, jumlah gaji, serta jam kerja yang tidak jelas.

Lihat selengkapnya