Akademi Roh Agung. Akademi tingkat tinggi yang menjadi kiblat bagi akademi-akademi lain yang tersebar di seluruh dunia, terkenal akan kehebatan murid-muridnya. Akademi ini terletak di kota pusat kekuasaan planet kami, Kota 001. Ada di bawah pengawasan langsung Tuan Fei–orang terkuat di planet ini sekaligus pemimpin planet kami–yang memiliki roh pelindung harimau siberia.
Aku menginjakkan kakiku dengan gugup melihat bangunan berbentuk oval yang merupakan bangunan utama. Akademi ini dibagi dalam tiga kelas dasar, semuanya memiliki masa studi lima tahun. Setelah lima tahun, para murid bisa memilih untuk menyelesaikan studi atau melanjutkan ke kelas yang lebih tinggi.
Selain itu ada juga kelas yang khusus bagi pemilik darah murni dan akselerasi, yang masa studinya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Materi di kelas khusus ini berbeda dengan kelas biasa, tingkat kesulitannya lebih tinggi.
“Apa kau murid baru?” tanya seorang pemuda bersurai pirang. Mungkin dia kasihan melihatku yang kebingungan sejak tadi.
Aku mengangguk. Masih gugup.
Pemuda itu tertawa geli. “Imutnya… Mau kuantar ke ruang administrasi?” tanyanya.
Aku mengangguk lagi, dengan pipi sedikit bersemu karena pujian itu. “Mohon bantuannya.”
Pemuda itu mengulurkan tangan, lantas berkata, “Zel. Tidak perlu terlalu formal denganku…ehm?”
Aku buru-buru menyambut uluran tangan itu. “Yui.”
Wajah tampan itu tersenyum. “Baiklah, Yui. Ikuti langkahku!”
Aku mengikuti langkah Zel menyusuri lorong-lorong akademi. Dinding di sepanjang lorong memiliki teknologi wall-format display glass, yang memungkinkan segala informasi dan berita langsung terlihat oleh semua murid yang melintasi lorong.
Seragam yang digunakan para murid lebih bagus lagi. Seragam itu seperti sudah didesain khusus untuk pertarungan. Dalam sekali lihat, aku tahu bahannya ringan dan sejuk saat dipakai. Zel berhenti di sebuah pintu kaca bertuliskan ruang administrasi.
“Nah, ini adalah ruang administrasi.” Zel menempelkan telapak tangannya di pintu kaca, kemudian pintu berdenting pelan dan terbuka secara otomatis.
Kami masuk ke ruangan itu dan disambut robot-robot manusia.
“Yui, Kota 365,” ucapku seraya mengangsurkan surel dari kuil. Robot-robot itu segera bekerja untuk mengolah data. Tak lama kemudian, salah satu dari mereka melambaikan tangan dan aku segera mendekatinya.
“Salin informasi chip!” serunya. Aku segera menempelkan telapak tanganku ke meja touchscreen yang ada di depanku. Informasi mengenai tempat tanggal lahir dan sebagainya langsung muncul, robot itu lantas menyalinnya berikut dengan informasi sidik jariku.
Setelah proses itu selesai, informasi itu disalin lagi ke sebuah smart glass tablet. “Milikmu, semua informasi sudah ada di sana. Selamat belajar!”
Aku membawa tablet itu dengan hati-hati.
“Sudah selesai?” tanya Zel. Aku mengangguk.
“Kalau begitu, mau kuantar sampai kamarmu?” tanyanya lagi, masih dengan senyum di wajahnya. Duh, mengapa dia suka sekali tersenyum, sih?
“Kamarku? Kau tahu kamarku?”
Pemuda itu memiringkan kepalanya heran. “Kita bisa melihatnya dari tabletmu, Yui.”