[Note: Penulis menyarankan kalian untuk memainkan lagu Pamit-Tulus]
(Nayshila Zahra)
Ini hal yang sangat berat untuk kulalui. Selama aku dengan Kenan berjauhan, aku lebih banyak berpikir. Aku tidak mau egois. Aku kira perpisahan adalah cara terbaik untukku dan juga untuknya.
Kalian pasti tahu, seorang wanita itu lebih perasa, apa lagi kepada orang yang ia cinta.
Selama ini raga Kenan memang selalu ada untukku. Namun, hatinya tidak. Disetiap lisan yang ia lontarkan, memang ada aku di dalamnya. Namun, di pasang sorot matanya tak pernah ada aku. Aku tak ingin ia menyiksa dirinya sendiri, karena aku pun tahu perasaannya masih saja terpaut kepada kekasih lalunya. Mungkin ada secuil rasa di hatinya, namun yang hatinya inginkan bukanlah aku.
Selama ini aku selalu memperhatikannya, meski dari kejauhan. Matanya tak pernah bisa berbohong, sorotnya masih berbinar jika melihat puan lalunya. Bukankah tidak adil, jika aku terus bersikukuh terhadap rasaku? Aku pun pernah merasakan cinta, dan aku tahu ia masih mencintai mantan kekasihnya. Ini menyakitkan, namun aku bisa apa? Biarlah rasa ini aku kubur selamanya. Lagipula tidak ada yang berubah. Setelah atau pun sebelum rasa ini ada, aku dengannya tetap berteman. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
***
Teruntuk Kenan Putra