Di sepanjang perjalanan turun, aku melihat ada sesuatu yang aneh dengan pendaki berjaket merah itu. Dia terlihat gelisah. Jujur saja, aku jadi teringat sosok Angga, kawan travelingku saat melihatnya. Makanya aku sedikit mencurigai dirinya. Beberapa kali aku melirik padanya hanya untuk memastikan. Namun, ternyata hal itu disadari olehnya.
"Kenapa, Bang?" tanya pendaki berjaket merah itu.
"Ah. Tidak," jawabku sambil memalingkan wajah. Tetapi tak lama kemudian, aku melirik dia kembali. Aku terkejut ketika ternyata dia masih melihatku.
"Kenapa?" tanyanya lagi. Matanya mendelik.
Aku menjadi canggung. Kemudian aku pun berkata sesuatu yang memang ingin aku katakan padanya, "Kau mirip Angga, temanku," ucapku pada pendaki berjaket merah itu. Dia menyungging.
"Memangnya seperti apa, temanmu itu?" tanyanya. Mendengar itu, aku terdiam dan berpikir sesuatu. Aku ingin menjawabnya tapi aku tak tahu harus mulai dari mana. Namun, kemudian dia bertanya kembali. "Sebenarnya, bagaimana kejadian dia menghilang? Tentu dia tak hilang begitu saja, kan?" lanjutnya. Mata itu semakin mendelik.
Mendengar pertanyaan itu, juga melihat ekspresinya yang seakan mencurigaiku, tak ada pilihan selain menceritakan peristiwa hilangnya Angga, kawan trevelingku itu pada mereka.
•••••
Setahun yang lalu