Saat itu juga aku, kedua youtuber itu serta pendaki berjaket merah langsung meninggalkan lokasi ditemukannya mayat untuk segera bersiap-siap turun gunung. Jam di ponsel masih pukul 9 pagi. Mungkin kalau kami bergegas kami bisa berangkat pukul 10 atau lebih. Kami bergerak dengan agak terburu-buru.
Rencananya, kami akan naik ke puncak dan turun ke pos 5 untuk mengemasi segala peralatan, setelah itu naik ke puncak lagi dan turun gunung melalui jalur ilegal itu.
Ada sesuatu yang aku ingin tanyakan pada kedua youtuber itu. Aku ingin menanyakan bagaimana sebenarnya kondisi di jalur ilegal itu. Sebab yang aku lihat tadi di atas tebing masih berupa semak-semak belukar dan pohon-pohon yang sepertinya belum terjamah oleh orang-orang selain jalan setapak kecil yang ia tunjukan.
Setelah sampai puncak, aku mempercepat jalan untuk menyusul Bang Deden agar aku bisa berjalan di sampingnya dan mencoba bertanya pada mereka. Aku langsung menanyakan apa yang aku pikirkan dan dengan ramahnya pria tinggi berambut agak gondrong itu langsung bercerita tentang pengalamannya.
•••••
Jadi, tiga bulan lalu, tidak seperti biasa, Bang Deden dan Bang Alif, memutuskan untuk mendaki gunung melalui jalur baru yang ia ketahui dari sesama pendaki. Mereka mencari jalur yang menurut kabar beredar di antara para pendaki, itu adalah jalur paling ekstrem.
Mereka tahu jalur ini dari forum-forum rahasia sebuah grup pendakian. Aku bahkan tidak pernah tahu kalau forum ini ada. Aku jarang sekali mengikuti forum atau grup semacamnya. Hanya kemarin ketika kehilangan Angga lah membuatku sibuk di sana.
Menurut mereka, jalur tersebut sangat berbahaya. Saking bahayanya, para ranger Gunung Ciremai sepakat untuk menutupnya. Sejak saat itu tak ada lagi yang berani melewati jalur tersebut. Sudah lama sekali jalur ini tidak pernah dibuka. Berbeda dari yang lain, jalur ini memiliki tingkat kesulitan yang tidak biasa.
Butuh seharian untuk para pendaki menyelesaikan perjalanan. Bagi yang sudah puluhan kali mendaki, mereka merasa itu bukanlah hal yang sulit.
Menurut ceritanya, mereka berjalan masuk melalui sela-sela belukar tanaman yang menghalangi jalur di awal perjalanan. Kemudian menelusur pohon-pohon yang lebih tinggi. Dengan bekal golok di tangan, tas cerrier di punggung beserta segala peralatan di dalamnya, mereka mencoba menembus hutan yang sama sekali belum pernah dijamahnya.
Pada saat itu, mereka merasa seperti ada sepasang mata tengah mengintai dari balik rerimbunan semak-semak. Awalnya mereka tidak tahu itu juga tidak memperdulikannya dan hanya fokus pada pendakian di mana itu semua mereka rekam untuk sebuah konten YouTube milik mereka.
Ternyata ada sungai yang mesti dilalui dan mereka berhasil melewati sungai yang deras. Meski sempat terbawa arus, tetapi kedua lelaki itu masih bisa selamat. Kemudian, berkali-kali terjatuh di tanjakan tanah berakar lebat, sampai badan luka-luka. Di sepanjang jalan, tidak ada petunjuk apa pun seperti yang ada di jalur resmi. Karena tidak adanya jalan setapak, mereka hanya bisa terus menerobos rerimbunan belukar berbekal golok.
Seharian penuh mereka menelusuri hutan. Tanjakan, turunan, tanjakan lagi, turunan lagi, semua ranting tanaman dan semak belukar yang menghalangi mereka tebas untuk membuka jalur. Akan tetapi, mereka belum juga menemukan tebing-tebing batu yang menjadi patokan di mana jalan menuju puncak berada.
Karena hari sudah menjelang malam, mereka memilih untuk membuka tenda dan beristirahat.