"Terus bagaimana dengan mayat itu? Apa benar itu mayat temannya ... siapa tadi? Putra? Apa benar itu mayat Putra?" tanya pendaki berjaket merah.
"Iya, itu mayat putra. Seminggu setelah penemuan, otopsi selesai dilakukan pada jenazah dan menyatakan kalau itu memang jasad Putra, teman mendaki Angga," jelasku. "Aku tidak melayat ke pemakaman jasad Putra karena waktu itu aku sudah di Surabaya untuk kembali bekerja," lanjutku. "Sampai saat ini, aku masih belum mengetahui di mana keberadaan Angga. Aku yakin dia masih berada di Gunung Ciremai ini. Di tengah-tengah hutan. Aku sudah berjanji akan kembali ke sini dan mencarinya, meskipun mungkin sahabatku itu sudah menjadi mayat," tambahku.
Kedua youtuber itu berdiri terdiam sambil melihat dan tersenyum kecil padaku. Sementara pendaki berjaket merah itu memasang wajah kerung seakan sedang bersedih dan merenungi akan sesuatu.
"Ayo kita turun. Keburu siang," ajak Bang Deden yang kemudian mulai melangkah kembali melanjutkan langkah untuk turun, diikuti Bang Alif dan aku. Sementara pendaki berjaket merah itu masih berdiri seperti merenungi ceritaku. Namun tak lama kemudian dia mulai menyusul setelah aku menepuk bahunya ketika melewati dirinya.
•••••
Ketika kami tiba di pos 5, ternyata sudah ada penghuni baru di area perkemahan itu. Seorang pria sedang mencoba memasang tenda di seberang tenda kami yang agak menjorok ke semak-semak di bawah pohon, dan seorang perempuan berambut pendek sedang melipat tangan tak jauh darinya.
"Halo." Pria itu menyapa kami yang baru saja datang.
"Halo," sahutku.
"Sudah dari puncak, Bang?"
"Iya. Kami baru saja turun."
"Oh, bagaimana puncak? Aman?"
"Aman, Bang. Kalau mau ke puncak sekarang masih ada di sana kok, nggak lari," candaku. Pria itu pun tersenyum.
"Dari mana, Bang?" tanyanya, yang aku tahu itu hanya untuk berbasa-basi saja.
"Bandung, Bang," jawabku.
Kemudian, aku masuk ke dalam tendaku dan keluar kembali setelah mengambil sekantong plastik berisi roti dan biskuit untuk dimakan. Kutawarkan makanan dalam kemasan itu pada pria yang sedang mendirikan tenda itu, dia menggeleng dan tersenyum kembali.
Sebelum membongkar tenda dan mengemasnya ke dalam tas keril, kami perlu mengisi perut terlebih dahulu untuk memulihkan tenaga. Telihat juga dari pintu tenda, pendaki berjaket merah itu langsung terbaring di dalamnya. Sementara kedua youtuber itu langsung membongkar tenda. Aku menghampiri mereka dan menawarkan roti dalam plastik. Keduanya menggeleng bersamaan.