JALUR ILEGAL

Hendra Wiguna
Chapter #19

Sang Penjaga Hutan

Aku terdiam tak bergerak sedikitpun, karena tahu jika bergerak sedikit saja, itu akan ditafsirkan sebagai ancaman oleh binatang buas seperti macan itu. Walaupun ada juga yang berkata jika macan itu pertama kali melihat akan langsung pergi berlari. Masalahnya, sekarang macan itu terus menatapku.

Dan tidak hanya itu, setelah diperhatikan kembali, ternyata ada satu ekor macan lagi yang sedang bertengger di atas batang pohon yang patah tak jauh di seberang sana. Ia sama-sama menatapku, malah langsung menunjukkan taringnya setelah menyadari aku sedang menatapnya.

Kemudian, macan yang bertengger itu meloncat turun dan berjalan ke arahku, mengendap-endap seperti akan memangsa buruan. Karena tahu di sekitarku tidak ada binatang lain untuk di mangsa, aku berpikir mungkin dia sedang mengincarku.

Sedangkan satu macan lagi masih mengendus-endus tas kerilku, sesekali menengok lagi ke arahku, lalu mengendus lagi. Aku masih berusaha untuk tidak panik. Akan tetapi, setelah macan itu hampir mendekatiku, aku benar-benar panik. Khawatir. Gelisah. Apa aku akan menjadi santapannya?

Macan berwarna hitam legam itu menghampiri dan berjalan mengelilingiku. Aku berdiri terpaku, keringat mengucur deras, dan sedikit menahan gemetar. Bau tubuhku mungkin yang membuat ia mendekatiku dan mengendus kakiku. Aku dapat melihat kulitnya yang berbulu hitam mengkilat saat berjalan di hadapanku. Bibirku bergetar karena takut dan hampir menangis.

Hingga akhirnya, mungkin karena merasa tidak ada ancaman dariku, macan itu kemudian pergi menjauh dariku, berjalan mendekati kawannya yang masih mengendus-endus kerilku.

Dalam keadaan panik, aku mencoba untuk mengambil ponsel di saku celana. Perlahan tanganku merogoh, hingga dapat mengeluarkan ponsel. Sebenarnya aku berniat akan melakukan live streaming di Facebook, agar jika ada yang terjadi padaku, orang-orang bisa melihat. Akan tetapi, ketiadaan sinyal tidak memungkinkan untuk melakukan itu. Akhirnya aku hanya bisa merekam video dua macan itu dengan kamera ponsel biasa.

Sial! Saking takutnya, tanganku agak bergetar saat mereka hingga membuat ponsel terjatuh karena kurang erat memegang secara horizontal. Seketika, dua macan itu langsung menengok saat mendengar suara benda terjatuh ke tanah.

Perlahan aku bergerak turun agar bisa jongkok untuk mengambil ponsel. Pelan dan sangat hati-hati. Kekhawatiranku begitu besar, tapi aku tetap berusaha menjangkaunya ponsel itu.

Beruntung keduanya tidak terusik dan terlihat sedang berusaha membuka keril itu dengan menggigit dan mencakar-cakarnya hingga koyak.

Ketika sudah dalam posisi jongkok, aku langsung mengambilnya, masih dengan gerakan perlahan dan sangat hati-hati. Saat berhasil mengambil, aku berusaha memposisikan kamera untuk merekam lagi.

Tanpa aku tahu, dua macam itu sudah berdiri ke arahku dengan posisi seperti akan menyergap. Hal itu terlihat dalam rekaman ponsel itu. Aku terkejut dan kembali panik, karena menyadari kalau posisiku berjongkok adalah ancaman bagi dua macan itu. Tanganku gemetar hingga ponsel itu jatuh lagi.

Dua macan itu melangkah pelan ke arahku dengan wajah geram memperlihatkan taringnya. Napasku memburu. Karena tak kuat menahan panik yang teramat sangat, aku langsung mengambil ponsel, berbalik, dan berlari sekencang-kencangnya.

Aku tahu macan itu pasti mengejar. Berlari, berlari, dan terus berlari. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Berlari melewati semak-semak, melompati akar-akar pohon berukuran besar yang mencuat dari tanah, berlari mengikuti kontur tanah yang menanjak, menurun, menanjak lagi, menurun lagi. Kulakukan langkah zig-zag, karena aku mengetahui kalau macan hanya bisa berlari secara lurus. Aku tak sekalipun menengok ke belakang da terus berlari sekencang mungkin, sejauh mungkin, selama mungkin. Hingga di titik di mana sudah merasa aman, aku berhenti.

Aku sadar aku sudah tersesat, untuk beberapa saat aku pikir itu lebih baik, daripada harus ma-ti dimakan macan. Lalu, dengan kondisi badan yang masih lelah, aku mencoba menelusuri hutan, berjalan ke sebelah barat, menjauh dari arah macan itu datang. Aku tahu jika aku bergerak ke sebelah barat, kemungkinan aku bisa menemukan tebing terjal di dekat puncak itu, meski tak yakin persis letaknya.


Lihat selengkapnya