"Hei, jangan lari!!!" teriaknya.
Namun, sekencang-kencangnya diriku yang memang sudah lelah berlari, tak sekencang mereka yang masih dengan kondisi badan yang bugar, hingga satu dari mereka berhasil menyusul dan langsung menerjang dengan kakinya sampai aku terjatuh. Kemudian mereka menangkapku.
"Apa yang akan kalian lakukan padaku?!" teriakku.
Mereka tak menjawab. Aku dapat melihat wajah-wajah itu yang tampak kesal dan jengkel padaku. Aku tahu mereka sedang menyembunyikan sesuatu dan ada hubungannya dengan mayat-mayat itu.
Sambil menodongkan senapan, mereka lalu memaksa aku untuk berjalan di depan, mengikuti satu pendaki di depan. Tentu saja aku sebenarnya tahu apa yang akan mereka lakukan. Hal itu membuatku sedikit agak takut dan panik.
"Apa kalian yang membunuh mayat-mayat itu?"
Akhirnya aku tanyakan juga pertanyaan yang bergumul di kepala. Satu pendaki di depan menengok ke belakang untuk melihatku. Wajahnya sinis. Kemudian ia mengangguk untuk menjawabnya.
"Kau sudah tahu terlalu banyak," ucap pendaki di belakangku.
"Sudah tahu apa?" tanyaku pura-pura bego. Namun, mereka kembali tak menjawab. "Kenapa kalian membunuh mereka? Aku pikir mayat-mayat itu adalah korban mangsa macan itu," ucapku dengan suara yang hampir habis karena sudah terlalu lelah.
Pendaki di depanku kembali menengok ke belakang. "Kau tidak tahu kami membunuh mereka?"
Aku menggeleng. "Sama sekali tidak," jawabku.
"Kau tidak mencurigai sedikitpun?" tanyanya lagi.
"Aku sama sekali tidak tahu, sampai kalian muncul dan akan mengeksekusi aku."
"Sebenarnya aku sudah tahu kau tidak akan mencurigai kami, akan tetapi, kami tidak ingin jalur ini diketahui banyak orang. Cukup kami dan para anggota grup forum rahasia pendaki di Facebook."