Setelah kejadian mati suri, banyak yang akan tidak percaya dengan apa yang aku alami lebih dari setahun lalu itu. Kawanku, Angga, yang sudah meninggal dunia di sebuah gunung memintaku mendaki bersama untuk menemukan jasad Putra dan menyuruhku berjanji akan mencarinya kemudian.
Aku tidak tahu kenapa arwah Angga tidak langsung saja memberitahuku tentang jalur ilegal itu, agar kami langsung mencari ke sana, ke jalur ilegal itu.
Atau mungkin, Dia sebenarnya tidak ingin ditemukan? Sebab untuk bisa menemukan jasadnya harus melewati jalur ilegal yang tentunya sangat berbahaya. Bukan hanya karena jalurnya yang memang ektrim dan terdapat makhluk buas seperti macan, tetapi juga karena para pendaki dari grup rahasia forum pendek itu, dia tidak ingin aku bertemu mereka?
Ah. Para admin pendaki itu. Setelah kejadian kesurupan di jalur ilegal itu, aku tidak tahu lagi bagaimana nasib mereka. Pun aku tak melaporkan apa yang mereka perbuat. Sial! Video yang aku ambil hanya memuat rekaman sebelum aku mati di galian lubang itu karena hipotermia. Sedangkan rekaman mayat-mayat di sepanjang jalur itu tidak pernah ada.
Sampai sekarang aku tidak bisa menjelaskan apa yang aku alami di jalur ilegal itu setelah malam di mana aku diketahui mengalami hipotermia. Aku tidak terlalu yakin, apakah itu hanya mimpi bawah sadar ketika aku "mati suri" dalam lubang galian itu atau bukan.
Namun, yang pasti dan aku yakini, penglihatan Arwah Angga dan kedua youtuber itu nyata, bahwa: aku benar-benar mendaki bersama mereka! Pendaki berjaket merah itu adalah saksinya. Entah bagaimana nasibnya sekarang, terakhir aku mendengar kabar, dia masih menunggu eksekusi hukuman mati.
Aku bahkan harus menunda acara pernikahanku setahun lagi, karena selain harus menjadi saksi persidangan penemuan mayat-mayat di jalur ilegal itu -yang tak terbukti merupakan kejahatan para admin Forum Rahasia itu-, juga karena aku harus bolak-balik ke rumah sakit menemui psikolog.
Fakta persidangan menyatakan bahwa mayat-mayat itu ada di sana karena ulah mereka sendiri, yang mana mereka nekat mendaki di jalur ilegal yang sudah lama ditutup karena berbahaya, termasuk mayat Angga yang terjepit di dinding tebing. Hasil visum pun menyatakan kematian mereka karena kelelahan dan beberapa jasad bahkan sudah termakan hewan buas.
Jadi, menurut dokter psikolog yang menangani ku, kejadian setelah aku mengubur diri dalam lubang galian itu; ketika aku menemukan mayat-mayat di sepanjang jalur, ketika aku menemukan tengkorak angga di tebing, penyiksaan oleh para admin, juga saat aku menemui kakak perempuan ku, adalah halusinasi saja.
Lebih dari setahun aku dianggap "gila", berhalusinasi dengan apa yang aku alami sebagai efek dari kondisi hipotermia itu. Aku tidak terima? Iya, itu pasti. Tetapi aku juga tidak menafikan kalau itu bisa saja terjadi. Maka, aku menyerah dengan keadaan, menyerah kepada dokter psikolog dan psikiater yang menangani, dan menganggap itu semua adalah halusinasi saja akibat kondisi hipotermia waktu itu.
•••••
Aku sudah tidak ingin lagi mencari tahu tentang para admin forum rahasia itu. Dan memulai kehidupan baruku bersama calon istriku. Ini adalah hari pernikahanku. Aku tidak ingin mengacaukan lagi janji yang selama ini tertunda. Aku ingin menepatinya.
Alunan musik dari speaker menggaung ke seluruh ruangan gedung hotel yang kami sewa untuk acara pernikahan. Ijab kabul telah selesai dilaksanakan pagi tadi. Kini tinggal melaksanakan acara resepsi dengan adat Jawa mengikuti daerah asal istriku.
Hiruk pikuk terdengar dari obrolan para tamu yang hadir. Mereka bergantian naik ke mimbar panggung untuk memberikan selamat kepadaku dan istriku. Raut-raut bahagia terpasang pada wajah mereka, termasuk kedua orang tua dan kakakku.
Ketika aku melirik kakak perempuanku, ingatan itu selalu muncul. Ingatan di mana aku "berhalusinasi" menjadi arwah dan memberikan kartu memori itu sebagai bukti. Kejadian itu masih jelas dalam kepalaku. Pertanyaan itu muncul kembali, jika aku tidak menjadi arwah, lantas siapa yang memberikan kakakku kartu memori itu?