JAMAIS VU

Hanif IM
Chapter #3

02. Aku Ada

Zahra kecil selalu ingin merasakan bagaimana dekapan hangat seorang ibu, bagaimana rasanya makan disuapi oleh ibu, dan juga bagaimana rasanya tidur bersama ibu.

Zahra kecil hanya ingin ibu selalu bersamanya dan menemaninya saat ia sakit.

Zahra kecil juga ingin ibu mengantarkannya sekolah juga mengambil raport nya seperti teman-teman yang lainnya.

Tapi apa?

Hanya kehampaan dan kekosongan yang selama ini Zahra rasakan. Tak ada dekapan, tak ada ciuman, tak ada yang namanya kasih sayang.

Tak ada yang menyayanginya selain nenek dan kakek nya. Hanya mereka berdua yang paham dengan apa yang Zahra kecil inginkan. Hanya mereka berdua tempat Zahra selalu mengadu dan berkeluh kesah.

"Mama kerja lagi?" Tanya bocah berusia enam tahun kepada ibunya yang saat ini tengah terburu-buru. Dengan pakaian khas orang ingin bekerja.

Tak ada sahutan yang Zahra dapatkan. Yang ada hanya ibunya menggeser tubuhnya agar tidak menghalangi pintu.

"Ibu mau bekerja Zahra." Kata Hasna jengah.

Zahra mengerucutkan bibirnya. "Zahra ingin bermain dengan ibu." Cicit Zahra lalu memeluk erat boneka kelincinya.

Hasna menghela napas. "Jangan bandel Zahra."

"Zahra tidak bandel ibu, zahra hanya ingin ibu saja bukankah ayah sudah bekerja?"

Emosi Hasna sudah diambang batas. Hari ini ia ada sebuah kerjasama untuk butik nya agar lebih berkembang lagi dan apa ini? Zahra tidak ingin dirinya bekerja?

"Kamu masih kecil Zahra tau apa tentang kehidupan orang dewasa?" Kata Hasna lalu pergi meninggalkan anaknya yang sudah mulai terisak.

Memanggilnya agar tetap tinggal. Hasna menulikan pendengarannya menganggap tangisan anaknya hanyalah angin lalu saja.

Wanita cantik tersebut masuk ke dalam mobilnya dan segara pergi untuk menjalin kerja sama yang sudah ia idam-idamkan sejak lama.

Tangis Zahra semakin kencang melihat mobil ibunya melesat cepat meninggalkan dirinya di rumah yang besar ini bersama para asisten rumah tangga dan baby sitter yang sudah mengurusnya sejak bayi.

"Zahra ayo masuk." Kata Ajeng baby sitter yang menjadi ibu kedua bagi Zahra.

Zahra menggeleng. "Mau ibu."

Ajeng paham dengan perasaan Zahra. Ia sebenarnya tidak tega melihat kondisi anak majikannya seperti ini tetapi apa boleh buat ia hanya orang asing disini dan tidak ada hak apapun untuk menyuarakan pendapatnya.

"Zahra main sama mbak aja yuk? Atau kita bikin kue?" Tawar Ajeng yang mendapat anggukan bocah tersebut.

Ajeng menghela napas lega. Saat ini Zahra tidak begitu rewel mengingat jika bocah ini memiliki warisan sang ibu yaitu keras kepala meskipun sifat nya baik dan ramah.

Lihat selengkapnya