Nampek

Makrifatul Illah
Chapter #3

Menggadaikan Agama #3

Hidup adalah perjalanan, berbagai rintangan adalah sebuah cara untuk menuju pulang, maka jalanilah dengan sebaik-baiknya, ikhlas dan sabar adalah kuncinya agar kelak pulangmu membawa kebahagiaan.

💕

Jam kuliah telah usai, kulirik sekilas jarum jam yang ada ditangan ku menandakan pukul 16.00 Wib, segera aku melangkah sesekali berlari agar bisa sampai ke lokasi tanpa telat sedikitpun.

''Ah, sialan, udah jam segini.'' aku mendengus kesal, karena gara-gara dosen Darma yang sejak dari tadi menjelaskan terus tanpa mau berhenti padahal jamnya sudah habis sehingga jam kerjaku telat 30 menit. Masih kesal dengan salah satu dosen Statistik, aku tetap saja terus berlari dengan yang aku bisa, meski area kampusku cukup dekat dengan mall, namun bukan berarti juga teramat dekat jika diukur dengan jalan kaki, mengingat lokasi mallnya berada di seberang jalan, jadi aku harus menyeberangi jembatan layang terlebih dahulu untuk bisa sampai pada tujuan.

Begitupun dengan cuaca saat ini, mendung tengah menyelimuti dunia, mataku sesekali menatap ke langit, berrharap aku bisa lekas sampai pada lokasi mall sebelum hujan turun. Langkahku semakin ku perlebar, karena kulihat angin semakin kencang menerjang dedaunan kering terbang bersama arah angin yang membawannya pergi melayang sehingga membuat hijab yang kukenakan melambai-lambai terbawa oleh angin.

''Ah, ternyata hidup di Surabaya tidak mudah.'' aku mendengus kesal, meruntuki hidupku yang semakin tidak karuan.

Namun bagaimanapun aku harus mempertanggung jawabkann atas semua yang telah aku pilih, berhenti di tengah jalan, justru bukanlah solusi, apalagi menyerah, tentu itu bukanlah sebuah jawaban atas semua kejadian yang tengah aku alami.

Satu demi satu hujan mulai turun, segera saja aku menuruni anak tangga dengan tergesa, berharap hujan mau mengerti diriku, namun hujan tetaplah hujan, seberapapun kita tidak menginginkannya turun jika sudah takdirnya, maka semesta akan tetap menurunkannya. tak peduli manusianya tengah mempersiapkan dengan membawa pelindung seperti payung atau jas hujan, atau malah belum siap sama sekali.

''Aw, basah semua.'' lagi-lagi aku terus saja mendengus kesal namun tidak tau kepada siapa yang harus aku kesalkan, aku terus saja berlari, hingga menuruni anak tanggapun bisa ku selesaikan, dan dengan segerapun aku berlari untuk menaiki angkot meski jarak mallnya cukup dekat.

''Alhamdulillah, akhirnya.'' ucapan syukur menjadi pelengkap legaku, meski hodie yang ku kenakan lumayan basah, namun untung saja, ia tetap nyaman karena tidak kelihatan jikalau tengah terkena air hujan.

Aku menggibas-gibaskan hodieku di area Pundak dengan tanganku, sesekali aku kepal-kepal lalu ku usap-usap kedua tanganku, agar tubuhku sedikit menghangat, karena pada nyatanya hujan telah membuatku kedinginan.

andai saja, aku berada di rumah, mungkin aku akan memilih tertidur lelap dengan selimut yang hangat, namun lagi-lagi itu semua hanya khayalan yang mungkin sudah tidak bisa dilakukan, karena aku sudah melangkah jauh mengambil keputusan ini.

''Ah, berandai-andai saja terus.'' terangku smabil menepuk jidadku sendiri, sebelum akhirnya samapi juga di mall tempat ku bekerja.

Sebenarnya, jika ditanya, apakah tidak Lelah kuliah sambil bekerja, tentu saja Lelah, tapi bagaimana lagi, inilah konsekwensi hidup yang harus dijalani dan harus ku pertanggung jawabkan, mengeluh itu pasti ada,namanya juga manusia, bukan malaikat, tapi sejauh mana aku tetap berusaha meski harus dengan kesal, emosi dan juga marah, karena bagaimanapun aku juga manusia yang tak luput dari devinisi masih melambungkan ego.

''Hai.'' terangku sambil melambaikan tanganku pada salah satu pelayan yang akan rolling dengan ku.

Lihat selengkapnya